Wall Street Mantab, Cetak Kenaikan Terbesar Sepanjang Sejarah

Indeks-indeks utama Wall Street mencatat kenaikan terbesar sepanjang sejarah pada perdagangan Rabu (9/4/2025). Setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penundaan sementara terhadap sebagian tarif ‘resiprokal’ yang sebelumnya diterapkan terhadap sejumlah negara.
Dikutip dari CNBC internasional, kabar tersebut langsung membalikkan sentimen pasar yang selama sepekan terakhir tertekan parah akibat ketegangan dagang.
S&P 500 melejit 9,52% dan ditutup di level 5.456,9, angka itu menjadi lonjakan harian terbesar sejak krisis keuangan 2008. Ini juga merupakan kenaikan harian terbesar ketiga dalam sejarah pasca-Perang Dunia II untuk indeks tersebut.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melonjak 2.962,86 poin (7,87%) ke posisi 40.608,45, terbesar sejak Maret 2020. Nasdaq Composite juga tidak kalah spektakuler, meroket 12,16% ke 17.124,97, mencatatkan kenaikan harian terbesar sejak Januari 2001 dan menjadi hari terbaik kedua sepanjang sejarah.
Menurut data perdagangan, sekitar 30 miliar saham berpindah tangan pada Rabu, menjadikannya hari dengan volume transaksi terbesar di Wall Street dalam 18 tahun terakhir.
Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump menyatakan, “Saya telah mengizinkan PAUSE selama 90 hari, dan menurunkan Tarif Resiprokal secara substansial menjadi 10%, yang berlaku segera,”. Meski begitu, ia juga menegaskan bahwa tarif untuk China justru dinaikkan menjadi 125%.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent kemudian menjelaskan, semua negara kecuali China akan kembali ke tarif dasar 10%, lebih rendah dari tarif tinggi yang sempat mengejutkan pasar. “Namun, penangguhan ini tidak berlaku untuk tarif sektor tertentu,” ujarnya.
Saham-saham yang sebelumnya terpukul akibat perang dagang menjadi pemimpin reli. Saham Apple dan Nvidia masing-masing melonjak lebih dari 15% dan 19%. Walmart menguat 9,6%, sementara Tesla melesat lebih dari 22% berkat kabar penundaan tarif.
Founder Vital Knowledge Adam Crisafulli menjelaskan, setelah harga saham dan sentimen terpuruk dalam, penundaan 90 hari ini memicu reli tajam. Penundaan itu juga menghilangkan bayang-bayang besar dari pasar. “Namun, tarif tidak sepenuhnya hilang. Tarif terhadap China kini sudah menyentuh angka tiga digit, dan siapa tahu apa yang terjadi setelah 90 hari ke depan,” paparnya.
Sebelum pengumuman tersebut, investor sempat dicekam kecemasan akibat aksi saling balas tarif antara AS dan China. Uni Eropa bahkan telah menyetujui tarif baru terhadap AS yang akan mulai berlaku pada 15 April.
Namun, arah pasar mulai positif menjelang siang setelah Bessent menyatakan akan memimpin langsung negosiasi tarif. Presiden Trump juga menyemangati investor lewat unggahan di Truth Social, menyebut bahwa sekarang adalah ‘waktu yang tepat untuk membeli’.
Pengumuman resmi Trump disampaikan pukul 13.18 waktu setempat (ET), saat Dow Jones baru naik sekitar 350 poin. Tak lama setelah itu, indeks langsung melejit lebih dari 2.000 poin dalam hitungan detik.
Dalam konferensi pers di sore hari, Trump mengatakan bahwa ketakutan pasar terlalu berlebihan. “Saya pikir orang-orang agak panik. Mereka mulai bertingkah, kalian tahu, agak ‘yippy’, agak ketakutan,” ucap Trump dengan gaya khasnya.
Selama empat hari perdagangan sebelumnya, ketidakpastian terkait tarif memicu aksi jual besar-besaran. Dow sempat anjlok lebih dari 4.500 poin, S&P 500 turun 12%, dan Nasdaq ambles lebih dari 13%, kerugian terbesar sejak awal pandemi Covid-19.
“Ini mungkin memberi ruang untuk reli jangka pendek, tapi saya tidak yakin bahwa ini adalah titik terendahnya. Tertipu sekali itu salahmu; tertipu lima kali, itu salahku,” kata Kepala Strategi Investasi di CFRA Research Sam Stovall.
sumber : investor.id