Usai Libur Panjang, China Borong Emas

Harga emas melonjak 2% lebih pada Selasa (6/5/2025), menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh aksi beli dari China usai libur panjang, serta kekhawatiran pasar terhadap rencana tarif baru Amerika Serikat (AS) untuk impor produk farmasi.

Dikutip dari CNBC internasional, di sisi lain, para investor tengah menantikan hasil rapat kebijakan bank sentral AS, The Fed.

Harga emas di pasar spot tercatat melonjak 2,7% dan ditutup di level US$ 3.430,42 per ons, tertinggi sejak 22 April 2025 lalu.

Pasar emas China kembali bergeliat setelah libur Hari Buruh yang berlangsung dari 1 hingga 5 Mei 2025. “Lonjakan harga emas saat ini didorong oleh lonjakan minat investasi emas dari China, ditambah aksi bank-bank sentral yang terus mengurangi ketergantungan pada aset berbasis dolar AS,” ujar Direktur Riset BullionVault Adrian Ash dalam sebuah catatan.

Di pasar mata uang, dolar AS melemah seiring meningkatnya ketidakpastian terkait kesepakatan dagang yang diharapkan dengan sejumlah negara. Pelemahan dolar membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Emas juga semakin diminati sebagai aset lindung nilai di tengah gejolak pasar, terutama setelah Presiden AS Donald Trump pada Senin (5/5/2025) mengisyaratkan rencana pengenaan tarif baru terhadap produk farmasi dalam dua pekan mendatang. Sehari sebelumnya, Trump juga telah mengumumkan tarif 100% untuk film-film produksi luar negeri.

Menurut analis komoditas dari TD Securities Daniel Ghali, partisipasi spekulan di pasar China meningkat signifikan. “Di pasar Barat, meski harga sudah tergolong tinggi, kepemilikan emas justru masih rendah. Kedua faktor ini berpotensi mendorong harga emas lebih tinggi,” ujarnya.

Ghali bahkan memprediksi harga emas bisa menyentuh US$ 4.000 per ons tahun ini.

Saat ini, fokus pasar tertuju pada keputusan kebijakan The Fed yang akan diumumkan Rabu (7/5/2025). Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell dinilai akan memberi petunjuk soal potensi pemangkasan suku bunga di masa mendatang.

Sebagai catatan, suku bunga yang lebih tinggi biasanya mengurangi daya tarik emas karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil (yield).


sumber : investor.id