The Fed Tahan Suku Bunga Acuan 4.50%

The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,50% dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang digelar Rabu (29/1/2025) atau Kamis dini hari (30/1/2025). Keputusan itu mengakhiri tren pemangkasan suku bunga yang sebelumnya terjadi tiga kali berturut-turut sejak September 2024.

Dikutip dari CNBC internasional, langkah The Fed ini diambil di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menjabat pekan lalu. Trump, yang dikenal sering mengkritik kebijakan The Fed, sebelumnya menyatakan keinginannya agar suku bunga segera dipangkas.

Dalam pernyataan resminya, The Fed menilai pasar tenaga kerja tetap kuat, dengan tingkat pengangguran yang stabil di level rendah. Namun, pernyataan terbaru ini menghilangkan klausa dari pernyataan sebelumnya pada Desember yang menyebutkan inflasi ‘telah menunjukkan kemajuan’ menuju target 2%. Sebaliknya, The Fed menyebut inflasi masih berada di level yang relatif tinggi.

Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai rapat menegaskan, pasar tenaga kerja bukanlah faktor utama penyebab inflasi. Namun, ia menekankan, bank sentral memerlukan bukti nyata adanya kemajuan dalam penurunan inflasi atau pelemahan di pasar tenaga kerja sebelum mempertimbangkan perubahan kebijakan suku bunga.

Keputusan The Fed ini memicu reaksi negatif di pasar saham, yang langsung mengalami penurunan setelah pengumuman tersebut. Para investor sebelumnya sudah memperkirakan keputusan ini, dengan proyeksi bahwa pemangkasan suku bunga baru akan terjadi pada pertengahan tahun.

Keputusan ini juga terjadi di tengah situasi politik yang dinamis. Sejak kembali menjabat, Trump telah menandatangani ratusan perintah eksekutif untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan, termasuk tarif perdagangan, deportasi imigran ilegal, dan deregulasi ekonomi.

Trump secara terbuka menyatakan keyakinannya bahwa inflasi akan segera turun dan menegaskan keinginannya agar suku bunga dipangkas segera. Meskipun presiden tidak memiliki kewenangan langsung terhadap kebijakan The Fed, pernyataan ini mengindikasikan potensi ketegangan antara pemerintah dan bank sentral, seperti yang terjadi selama masa jabatan pertama Trump.

Menanggapi hal ini, Powell menegaskan bahwa dirinya belum melakukan kontak dengan Presiden Trump sejak pernyataan tersebut dibuat.

Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya pada pertengahan 2022, target 2% yang ditetapkan The Fed masih belum tercapai. Indeks harga pilihan The Fed menunjukkan inflasi naik menjadi 2,4% pada November 2024, tertinggi sejak Juli. Sementara inflasi inti, yang tidak mencakup sektor makanan dan energi, tetap bertahan di 2,8%.

Pasar keuangan memperkirakan kemungkinan besar The Fed akan mempertahankan suku bunga hingga pertengahan 2025. Data dari CME Group menunjukkan ekspektasi bahwa suku bunga The Fed akan berada di sekitar 3,9% pada akhir tahun ini, dengan probabilitas 61% untuk dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS tetap kuat sepanjang 2024, dengan belanja konsumen yang bertahan stabil. Produk domestik bruto (PDB) kuartal keempat diproyeksikan tumbuh sebesar 2,3% secara tahunan, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,2%, akibat pelemahan investasi domestik swasta.

Rapat ini juga menandai perubahan komposisi suara dalam FOMC. Tahun ini, Powell dan tujuh anggota dewan gubernur bergabung dengan empat presiden bank regional baru, yaitu Austan Goolsbee dari Chicago, Alberto Musalem dari St. Louis, Susan Collins dari Boston, dan Jeffrey Schmid dari Kansas City. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga diambil secara bulat oleh seluruh anggota.


sumber : investor.id