Sinyal Agresif The Fed Picu Kekhawatiran Harga Emas

The Federal Reserve (The Fed) mengguncang pasar dengan serangkaian proyeksi agresif yang tak terduga untuk arah suku bunga tahun depan. Sinyal agresif The Fed picu kekhawatiran harga emas sehingga membuat harga emas terpukul.

Tetapi analis mengatakan mereka masih melihat dukungan yang kuat untuk logam mulia pada 2025, seperti dikutip CNBC internasional pada Kamis (19/12/2024).

Dot plot The Fed, pengukur prospek pembuat kebijakan, sekarang menunjukkan The Fed akan memangkas suku bunga dua kali pada 2025.

Rencana ini dibandingkan dengan empat pemangkasan seperempat poin atau 25 basis poin (bps) yang sebelumnya diharapkan pada September 2024. Saat itu, ketika kekhawatiran tentang melemahnya pasar tenaga kerja menjadi perhatian utama.

Namun, sekarang kekhawatiran besar bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) itu adalah apakah kebijakan presiden terpilih Donald Trump akan terbukti inflasif, khususnya terkait ancamannya untuk mengenakan tarif perdagangan yang besar untuk beberapa negara.

Dolar AS melonjak menyusul berita The Fed pada Rabu (Kamis pagi WIB). Indeks dolar mencapai titik tertinggi dalam dua tahun, karena potensi suku bunga yang lebih tinggi terlihat dapat meningkatkan mata uang tersebut.

Harga emas anjlok 2% ke level terendah dalam sebulan, setelah mengalami kenaikan yang menakjubkan dan mencapai rekor tertinggi tahun ini.

Emas secara luas didenominasi dalam dolar AS. Greenback yang lebih kuat membebani harga logam mulia tersebut. Suku bunga yang lebih tinggi dan imbal hasil (yield) Treasury AS yang lebih tinggi juga secara tradisional meningkatkan persaingan untuk aset safe haven, sehingga mengurangi permintaan emas.

Namun hubungan ini “putus-nyambung” selama beberapa tahun terakhir, karena faktor-faktor yang lebih luas seperti permintaan emas dari bank sentral khususnya dari China. Faktor ini lebih besar daripada pergerakan dolar AS dan obligasi pemerintah AS alias US Treasury, menurut ekonom komoditas di Capital Economics Hamad Hussein.

“Proposal tarif Trump dan Fed yang lebih agresif memang menambah risiko penurunan harga emas. Jika semuanya sama, itu akan menyebabkan harga emas yang lebih rendah. Namun, kami memperkirakan faktor-faktor nontradisional akan lebih kuat tahun depan,” ucapnya seperti dikutip CNBC internasional, Kamis (19/12/2024).

Menurut Hussein, China memainkan peran terbesar dalam hal itu. Bank sentral ekonomi terbesar kedua di dunia telah melanjutkan pembelian emas, sementara prospek ekonomi makro yang lemah mendorong permintaan safe haven di antara investor lokal. Terutama, saat perang dagang AS dengan China berpotensi meningkat.

Secara keseluruhan, sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina pada tahun 2022, bank sentral dari Polandia hingga India juga semakin menyukai pembelian emas, tambahnya.

“Akibatnya, harga emas kemungkinan akan tetap mendekati rekor tertingginya selama tahun mendatang,” lanjut Hussein.


sumber : investor.id