Risiko Geopolitik dan Prospek The Fed Bawa Emas Cetak Rekor Kembali

Harga emas dunia menguat dan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) baru pada perdagangan Selasa (23/9/2025). Penguatan itu didorong meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik.

Dikutip dari Reuters, penguatan harga emas juga ditopang ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan The Fed.

Harga emas spot ditutup naik 0,46% ke level US$ 3.764,03 per ons, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa baru di US$ 3.790,95. Ini merupakan reli rekor tertinggi harga emas dalam dua hari beruntun. Rekor harga emas sebelumnya berada di level US$ 3.748,61 yang dicatat pada Senin (22/9/2025).

Sedangakan Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melemah 0,2%, sedangkan indeks dolar AS relatif stabil.

Dalam sebulan terakhir, harga emas naik 11,70% dan melonjak 41,49% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ketua The Fed Jerome Powell menyebut pihaknya menghadapi ‘situasi yang menantang’ dengan risiko inflasi yang bisa lebih tinggi dari perkiraan, sementara pertumbuhan lapangan kerja melemah dan menimbulkan kekhawatiran soal kesehatan pasar tenaga kerja. Meski demikian, Powell tidak memberikan kejelasan kapan The Fed akan kembali menurunkan suku bunga.

“Pasar emas melihat pidato Powell tidak membawa hal baru dibandingkan nada yang disampaikan pekan lalu. Tidak ada faktor signifikan yang mengubah tren kenaikan harga emas,” ujar analis pasar di RJO Futures Bob Haberkorn.

Para pelaku pasar masih memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga lagi pada Oktober dan Desember, setelah bulan ini memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Fokus investor kini tertuju pada rilis data Indeks PCE (Personal Consumption Expenditures) AS pada Jumat (26/9/2025), yang menjadi ukuran inflasi favorit The Fed.

Dari sisi geopolitik, NATO memperingatkan Rusia dengan menyatakan siap menggunakan ‘segala instrumen militer maupun non-militer’ untuk mempertahankan diri setelah Moskow melanggar wilayah udara Estonia. Ketegangan ini semakin menambah aliran dana investor ke emas sebagai aset lindung nilai.

Selain itu, minat beli emas melalui instrumen ETF juga melonjak, dipicu oleh ekspektasi penurunan suku bunga, kekhawatiran independensi The Fed, serta perkembangan geopolitik, menurut catatan Commerzbank.

Di sisi lain, Bloomberg melaporkan, Bank Sentral China mendorong bank sentral negara-negara mitra untuk membeli dan menyimpan emas di dalam negeri melalui Shanghai Gold Exchange.


sumber : investor.id