Powell Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga, tapi dengan Kehati-hatian

Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan pada pertemuan September dalam simposium Jackson Hole, Jumat (22/8/2025). Powell menyebut risiko pelemahan pasar tenaga kerja meningkat, meski inflasi masih menjadi ancaman utama.

Dikutip dari Reuters, meski tidak sejelas pernyataannya tahun lalu di Jackson Hole, komentar Powell langsung memicu spekulasi pasar. Investor kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan. Bahkan, sejumlah analis Wall Street merevisi proyeksi mereka dan memprediksi total pemangkasan 50 basis poin hingga akhir 2025, dari level saat ini 4,25%–4,50%.

“Stabilitas tingkat pengangguran dan indikator pasar tenaga kerja memungkinkan kami untuk berhati-hati. Namun, dengan kebijakan moneter yang masih ketat, prospek ekonomi dan pergeseran risiko dapat membuat kami perlu menyesuaikan sikap kebijakan,” kata Powell dalam pidato di hadapan ekonom dan pembuat kebijakan internasional.

Powell menekankan, laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis 5 September, serta data inflasi sepekan setelahnya, akan menjadi penentu arah kebijakan. Laporan terbaru menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja merosot menjadi rata-rata 35 ribu per bulan pada Mei–Juli, meski tingkat pengangguran masih rendah di 4,2%.

“Pasar tenaga kerja tampak seimbang, tetapi ini keseimbangan yang aneh karena baik sisi permintaan maupun pasokan tenaga kerja melambat. Risiko penurunan lapangan kerja meningkat, dan jika terjadi, bisa berlangsung cepat,” jelas Powell.

Powell juga menegaskan, tarif impor berpotensi mendorong harga lebih tinggi, meski dampaknya diperkirakan sementara. Namun, ia mengingatkan adanya risiko inflasi yang lebih bertahan lama jika tekanan harga dari tarif berlanjut.

Pasar keuangan AS langsung merespons positif. Saham Wall Street menguat, imbal hasil obligasi pemerintah turun, dan dolar AS melemah.

“Powell terdengar lebih dovish dari perkiraan. Ia sudah menyiapkan panggung untuk langkah di September,” ujar Chairman Great Hill Capital LLC Thomas Hayes.

Selain memberi sinyal kebijakan, Powell merilis kerangka strategis baru The Fed. Dokumen tersebut menegaskan bahwa mandat maksimum lapangan kerja hanya bisa tercapai bila stabilitas harga terjaga.

Sejauh ini, The Fed menahan suku bunga di setiap pertemuan sepanjang tahun. Powell menilai pihaknya perlu waktu untuk melihat dampak kebijakan pemerintahan Trump terhadap inflasi yang masih di atas target 2%.

Mantan Gubernur The Fed Randall Kroszner menilai, Powell kini mulai bergeser dari sikap wait and see. “Sekarang dia tampaknya menyimpulkan bahwa dampak tarif lebih bersifat sekali jalan. Tapi pasar tenaga kerja memang melambat, sementara kebijakan moneter sudah lama terlalu ketat,” ujarnya.

Pernyataan Powell kembali menuai kritik pedas dari Presiden Donald Trump. Ia menuding Powell terlambat memangkas suku bunga. “Kami menyebutnya ‘terlambat’ karena memang begitu. Dia seharusnya sudah memotong tahun lalu,” kata Trump.

Trump juga memperluas tekanannya dengan mendesak anggota Dewan Gubernur The Fed, Lisa Cook, untuk mundur. Departemen Kehakiman kini tengah menyelidiki dugaan penyimpangan terkait hipotek milik Cook, meski ia menegaskan tidak akan mundur karena tekanan politik.

Sementara itu, perdebatan internal The Fed kian memanas. Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid dan Presiden Fed Cleveland Beth Hammack tetap menolak pemangkasan cepat karena inflasi masih di atas target 2%. Namun, Gubernur Christopher Waller dan Presiden Fed San Francisco Mary Daly justru mendukung pemangkasan demi melindungi pasar tenaga kerja yang melemah.


sumber : investor.id