Poundsterling Turun setelah Laporan Inflasi Inggris yang Lebih Lemah dari Prakiraan

Pound Sterling (GBP) menghadapi aksi jual yang tajam terhadap mata uang utama lainnya di sesi London hari Rabu. Mata uang Inggris melemah karena Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang lebih lemah dari prakiraan untuk bulan Juli, yang telah mendorong ekspektasi penurunan suku bunga secara berurutan oleh Bank of England (BoE).

IHK tahunan naik 2,2%, lebih rendah dari estimasi 2,3% namun meningkat setelah kembali ke target bank-bank sebesar 2% di bulan Mei dan Juni. Dalam prakiraannya, BoE telah memperingatkan bahwa inflasi umum dapat meningkat lagi setelah kembali ke 2%. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, IHK turun 0,2%.

IHK inti, yang tidak termasuk barang-barang yang mudah bergejolak seperti makanan, energi, alkohol, dan tembakau, melambat pada laju yang lebih cepat dari prakiraan menjadi 3,3% dibandingkan dengan 3,4% yang diprakirakan dan angka bulan Juni sebesar 3,5%. Penurunan tajam pada inflasi inti dipicu oleh pertumbuhan inflasi jasa yang lebih lambat, yang tetap menjadi kekuatan pendorong utama untuk menahan tekanan harga pada ekonomi Inggris. Inflasi di sektor jasa turun menjadi 5,2% dari rilis sebelumnya sebesar 5,7%.

Tekanan harga di sektor jasa sebagian besar didorong oleh pertumbuhan upah yang tinggi, yang juga turun ke level terendah dalam dua tahun terakhir dalam tiga bulan yang berakhir pada bulan Juni. Laporan Ketenagakerjaan menunjukkan pada hari Selasa bahwa Penghasilan Rata-Rata Tidak Termasuk Bonus naik pada laju yang lebih lambat yaitu 5,4% dari 5,7% pada kuartal yang berakhir pada bulan Mei. Penurunan tipis dalam inflasi jasa karena pertumbuhan upah yang lebih lambat diprakirakan akan sangat melegakan bagi para pembuat kebijakan BoE, yang telah khawatir bahwa tekanan upah tidak dapat dikendalikan dalam waktu dekat.

Pada hari Senin, anggota Komite Kebijakan Moneter (MPC) BoE, Catherine Mann, memperingatkan bahwa inflasi masih akan terus berlanjut. “Harga-harga barang dan jasa akan naik lagi, dan tekanan upah dalam perekonomian bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk menghilang,” ujar Mann.


sumber : fxstreet