Minyak Naik Tipis dari Low 5 Bulan, Risiko di Timur Tengah Masih Ada

Harga minyak naik di perdagangan Asia hari Selasa (05/12) saat fokus tetap pada potensi eskalasi konflik Israel-Hamas, meskipun pemangkasan OPEC+ yang mengecewakan dan penguatan dolar membuat perdagangan minyak mendekati posisi terendah lima bulan.

Kekhawatiran akan potensi eskalasi dalam konflik Israel-Hamas kembali muncul setelah AS menyatakan Iran bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal AS di Laut Merah oleh pasukan Houthi. Namun traders tetap waspada dalam menentukan harga premi risiko pada minyak karena konflik ini, mengingat sejauh ini konflik ini hanya berdampak minimal pada pasokan minyak Timur Tengah.

Pemangkasan produksi yang mengecewakan dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+) menjadi titik utama perdebatan di pasar minyak, setelah grup tersebut mengumumkan pemangkasan produksi baru kurang dari 1 juta barel per hari hingga awal tahun 2024.

Para pelaku pasar minyak mengandalkan pemangkasan produksi untuk mendukung harga minyak, yang dihantam oleh kekhawatiran yang terus-menerus muncul bahwa melemahnya aktivitas ekonomi akan mengurangi permintaan minyak global. Kekhawatiran ini tetap ada, menyusul serangkaian data yang lemah dari negara-negara besar selama seminggu terakhir.

Harga minyak Brent untuk penyerahan Februari naik 0,1% menjadi $78,14 per barel, sementara minyak WTI naik 0,3% di $73,54 per barel pukul 08.31 WIB. Kedua minyak diperdagangkan di atas level terlemah sejak awal Juli, dan mengalami kerugian besar selama enam minggu berturut-turut.

Juga menekan harga minyak adalah kekuatan dolar, yang naik tajam dalam perdagangan semalam. Pasar secara luas menunggu data nonfarm payrolls, yang akan dirilis hari Jumat ini, untuk mendapat lebih banyak isyarat tentang ekonomi AS, di tengah optimisme yang berkembang bahwa Federal Reserve telah selesai menaikkan suku bunga.

Tetapi harga minyak telah mendapat sedikit kelegaan dari perdagangan ini, yang telah mengangkat pasar berbasis risiko lainnya selama sebulan terakhir.

Pemangkasan OPEC+ mengecewakan, kekhawatiran permintaan tetap ada
Traders kini semakin ragu atas kemampuan OPEC+ untuk mengurangi produksi lebih lanjut, mengingat pengurangan baru untuk awal tahun 2024 terjadi di tengah meningkatnya ketidakpuasan di antara para anggota grup atas pemangkasan tersebut.

Sementara Arab Saudi dan Rusia mengatakan bahwa mereka akan berkomitmen terhadap pemangkasan sukarela, produsen lain, seperti Angola, menolak kuota produksi dan mengatakan bahwa mereka akan meningkatkan produksi pada tahun 2024.

“Karena skala pemangkasan yang telah kita lihat dari grup ini, semakin sulit bagi beberapa anggota untuk menerima pemangkasan lebih lanjut,” tulis analis di ING dalam catatan.

ING memperkirakan minyak Brent akan diperdagangkan di range $80-an hingga awal 2024, dan jalur harga minyak akan sangat ditentukan oleh kemampuan OPEC+ untuk membatasi produksi lebih lanjut.

Analis ING juga menyuarakan kekhawatiran atas perlambatan permintaan minyak global, dengan menyatakan bahwa meskipun permintaan China akan tetap kuat, Eropa dan Amerika diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan permintaan seiring memburuknya kondisi ekonomi.