Mata Uang Asia Turun, Dolar Stabil; Inflasi Tinggi Perkeruh Outlook The Fed

Mata uang Asia turun pada hari Rabu (13/12), sementara dolar stabil pasca data inflasi AS yang kuat menimbulkan keraguan atas apa yang akan disinyalkan oleh Federal Reserve pada akhir rapat hari ini.

Mata uang regional mengalami kerugian dalam beberapa sesi terakhir, imbas dolar rebound di tengah tanda-tanda ketahanan di pasar tenaga kerja AS. Data untuk bulan November juga menunjukkan sedikit peningkatan inflasi, yang mengindikasikan bahwa ekonomi AS mungkin tidak mendingin secepat yang diantisipasi oleh Fed.

Gagasan ini menekan sebagian besar mata uang Asia, seperti halnya kekhawatiran yang terus berlanjut atas perlambatan ekonomi di China.

Yuan turun 0,1%, lanjutkan kerugian setelah angka inflasi lemah selama akhir pekan. China merosot lebih jauh ke dalam wilayah disinflasi di bulan November, mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi di negara tersebut masih lemah.

Yen turun 0,1%, setelah membalikkan sebagian besar rally baru ini usai laporan media menyebut Bank of Japan tidak terburu-buru untuk mengetatkan kebijakan ultra-dovish.

Rapat Bank of Japan juga akan diadakan minggu depan, meskipun bank sentral ini diperkirakan tidak akan memberikan sinyal perubahan untuk suku bunga negatifnya.

Dolar Australia turun 0,1%, sementara dolar Singapura turun 0,2%.

Kehati-hatian sebelum akhir rapat Fed membuat mata uang Asia yang memiliki risiko tinggi mencatat penurunan yang lebih besar. Won Korea Selatan turun 0,4%, sementara ringgit Malaysia melemah 0,5% di Asia Tenggara

Rupee India flat, setelah mengambil beberapa isyarat dari angka inflasi yang kuat untuk bulan November. Namun data tersebut sebagian besar sejalan dengan warning Reserve Bank of India bahwa inflasi akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, akibat harga pangan yang tinggi.

Fed akan tahan suku bunga, tetapi prospeknya tidak pasti
Indeks dolar dan indeks dolar berjangka naik sedikit di perdagangan Asia.

Pasar tetap yakin Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada hari Rabu.

Tetapi pasar tenaga kerja yang kuat dan angka inflasi yang lengket menimbulkan ketidakpastian soal prospek bank sentral untuk tahun 2024. Nonfarm payrolls meningkat lebih baik dari yang diharapkan pada bulan November, sementara inflasi konsumen naik sedikit dan tetap berada di atas target tahunan 2% The Fed.

Traders tampak mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga di bulan Maret, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Ketua Fed Jerome Powell dapat mengulangi retorika suku bunga bank yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Setiap sinyal hawkish dari The Fed kemungkinan akan memacu penurunan tajam dalam aset berbasis risiko, yang telah menguat tajam selama sebulan terakhir di tengah optimisme atas perubahan kebijakan The Fed.


sumber : investing