Mata Uang Asia Menguat, Yen Malah Rapuh
Mata uang Asia naik tipis pada hari Kamis (11/01), sedangkan dolar memangkas sebagian besar penguatan tahun barunya untuk mengantisipasi data inflasi utama AS yang akan menjadi petunjuk lain mengenai kapan Federal Reserve bisa mulai memotong suku bunga.
Namun, yen Jepang bergerak di dekat posisi terendah satu bulan setelah mengalami pelemahan baru di tengah meningkatnya keyakinan bahwa Bank of Japan akan menunda peralihan dari kebijakan ultra-dovish.
Dolar turun, data CPI ditunggu untuk sinyal pemangkasan suku bunga
Indeks dolar dan indeks dolar berjangka keduanya turun 0,1% di perdagangan Asia, lanjut merugi semalam kala traders mempertahankan spekulasi bahwa the Fed akan memberlakukan penurunan suku bunga yang besar tahun ini.
Data inflasi consumer price index (CPI) yang akan terbit pada hari Kamis secara luas diperkirakan akan mempengaruhi ekspektasi penurunan suku bunga tahun ini. Inflasi utama diperkirakan akan naik sedikit, sementara CPI inti akan turun lebih jauh.
Namun inflasi masih akan tetap berada di atas target 2% tahunan Fed – sebuah tren yang berpotensi membuat bank sentral mempertahankan kebijakan yang lebih ketat untuk waktu yang lebih lama.
Tatkala traders agak mengurangi harapan pemotongan suku bunga awal oleh Fed, konsensus umum masih tetap setidaknya 100 hingga 150 basis poin pemotongan pada tahun 2024.
Fedwatch tool dari CME indikasi traders memperkirakan peluang 65% untuk pemotongan 25 bps di bulan Maret – naik dari 60,8% yang terlihat sehari sebelumnya dan 64,7% yang terlihat minggu lalu.
Suku bunga AS yang lebih rendah menjadi pertanda baik untuk pasar Asia, karena hal itu melepas lebih banyak modal untuk investasi ke wilayah tersebut. Sebagian besar mata uang regional menguat karena hal tersebut.
Dolar Australia naik 0,3%, didorong oleh data yang menunjukkan lonjakan neraca perdagangan yang jauh lebih besar di negara tersebut pada bulan November. Namun peningkatan ini juga didorong terutama oleh impor turun tajam dari bulan ke bulan, akibat memburuknya permintaan konsumen Australia.
Yuan China naik 0,1%, sedikit pulih dari awal yang lemah pada tahun 2024. Sentimen terhadap China tetap lemah di tengah rebound ekonomi yang lesu, sebelum data inflasi dan perdagangan yang akan dirilis pada hari Jumat akan menunjukkan sedikit perbaikan.
Won Korea Selatan naik 0,2% usai Bank of Korea menjaga suku bunga tetap stabil seperti yang diharapkan, tetapi isyaratkan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Dolar Singapura flat, sementara rupee India menembus di bawah level 83 untuk pertama kalinya dalam hampir satu bulan. Data CPI India juga akan dirilis pada hari Jumat.
Yen Jepang tertinggal dalam spekulasi dovish BOJ
Yen Jepang mengalami penguatan pada hari Kamis, tetapi turun tajam sejauh ini pada tahun 2024 di tengah meningkatnya keyakinan bahwa Bank of Japan akan menunda peralihan dari kebijakan ultra-dovish.
Sementara tren ini mendorong kuatnya saham Jepang, yen terpukul oleh prospek suku bunga Jepang yang tetap berada di wilayah negatif – yang telah sangat menekan yen selama dua tahun terakhir. Mata uang ini termasuk di antara mata uang Asia yang berkinerja terburuk selama dua tahun terakhir.
Yen diperdagangkan di 145,44 terhadap dolar, dan mendekati level terlemahnya dalam sebulan. BOJ akan mengadakan rapat di bulan Januari, dan secara luas akan mempertahankan arah ultra-dovish dalam menghadapi peningkatan langkah-langkah stimulus setelah gempa bumi dahsyat di Jepang tengah.
Inflasi dan pertumbuhan upah juga memberikan kepercayaan lebih lanjut bagi ekspektasi dovish BOJ.
sumber : investing