Mata Uang Asia Menguat, Katalis The Fed Tekan Dolar AS

Mata uang Asia menguat pada Selasa (28/11) di tengah meningkatnya keyakinan bahwa Federal Reserve telah selesai menaikkan suku bunga, yang pada gilirannya membuat dolar berada di level terendah tiga bulan.

Namun, penguatan sebagian besar mata uang regional terbatas karena traders tetap waspada sebelum serangkaian data ekonomi utama minggu ini. Indeks harga PCE Fed – pengukur inflasi pilihan Fed – akan menjadi fokus utama minggu ini.

Yen Jepang termasuk di antara yang berkinerja lebih baik untuk hari ini, naik sebesar 0,3% saat traders berekspektasi bahwa Bank of Japan akan beralih dari sikap ultra-dovish pada tahun 2024. Data inflasi Jepang yang dirilis minggu lalu memperkuat pendapat ini.

Meredanya kekhawatiran terhadap Fed membantu yen pulih lebih jauh dari level 150. Fokus saat ini tertuju angka produksi industri dan retail sales dari Jepang, yang akan terbit pada minggu ini.

Won Korea Selatan naik 0,3%, sementara dolar Australia bertambah 0,2% menyusul penguatan harga komoditas. Data menunjukkan hari Selasa bahwa retail sales Australia secara tak terduga turun pada bulan Oktober, memacu beberapa harapan bahwa inflasi akan cenderung lebih rendah dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, Gubernur Reserve Bank of Australia Michele Bullock memperingatkan bahwa inflasi Australia mengikuti tren global, dan bank perlu berhati-hati dalam menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Rupee India flat di sekitar rekor terendah, sementara dolar Singapura dan peso Filiina juga tipis.

Dolar di low 3 bulan dalam spekulasi tidak ada lagi kenaikan suku bunga Fed
Indeks dolar dan indeks dolar berjangka turun sedikit di perdagangan Asia, lanjut kerugian semalam setelah tenggelam ke posisi terendah tiga bulan di awal minggu.

Greenback terpukul oleh meningkatnya spekulasi bahwa the Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi, dan kemungkinan akan mulai memangkas suku bunga pada tahun 2024.

Namun pasar kini menunggu lebih banyak isyarat ekonomi untuk mengukur kapan The Fed dapat mulai melonggarkan kebijakan. Selain data PCE, angka purchasing managers index (PMI) AS untuk bulan November juga akan hadir minggu ini, begitu juga dengan revisi PDB kuartal ketiga.

Tanda-tanda ketahanan dalam ekonomi AS kemungkinan akan memberikan ruang bagi the Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama. Namun, hal yang sebaliknya dapat terjadi jika data menunjukkan bahwa ekonomi mendingin lebih cepat dari yang diperkirakan.

Pasar Asia sebagian besar sensitif terhadap jalur suku bunga AS, dan kemungkinan akan melihat lebih banyak keuntungan pada prospek Fed yang less hawkish.

Yuan Tiongkok flat, PMI utama menjadi fokus
Yuan China bergerak tipis pada Selasa setelah penetapan kurs tengah harian yang sedikit lebih kuat oleh People’s Bank of China. Namun, kekhawatiran yang terus berlanjut terhadap perlambatan ekonomi China dan langkah-langkah stimulus yang lamban membatasi kekuatan mata uang ini.

Fokus minggu ini adalah angka PMI untuk bulan November, yang akan terbit pada hari Kamis. Angka-angka tersebut diperkirakan akan menunjukkan pelemahan yang berkelanjutan dalam aktivitas bisnis setelah serangkaian angka yang mengecewakan di bulan Oktober.

Kekhawatiran terhadap China juga telah membebani pasar Asia dalam beberapa bulan terakhir, mengingat dominasi negara ini sebagai pusat perdagangan di kawasan. Beijing juga tetap konservatif dalam meluncurkan lebih banyak dukungan kebijakan untuk perekonomian.


sumber : investing