Mata Uang Asia Melemah, Dolar Bergerak Naik sebelum Data Inflasi
Mata uang Asia mayoritas bergerak turun pada Selasa (14/11), sementara dolar raih peningkatan kecil sebelum data inflasi utama AS yang diperkirakan akan menentukan arah kebijakan moneter.
Kekhawatiran atas ekonomi China juga membebani sentimen regional. Data menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas pinjaman di negara tersebut hingga Oktober. Hal ini menyebabkan yuan turun 0,1%, mendekati level 7,3 terhadap dolar.
Angka produksi industri dan investasi aset tetap China juga akan hadir minggu ini.
Yen bergerak di sekitar level terlemahnya dalam satu tahun terhadap greenback, kendati pelemahan lebih lanjut dalam mata uang tersebut ditahan oleh otoritas Jepang yang sekali lagi memperingatkan bahwa mereka akan melakukan intervensi di pasar valuta asing.
Yen mengalami reversal tajam dari pelemahannya baru-baru ini pada Senin kemarin, memunculka beberapa spekulasi bahwa pemerintah mungkin telah melakukan intervensi untuk mendukung mata uangnya. Pelemahan mata uang ini – yang mendekati level terendah 32 tahun, telah memicu intervensi senilai miliaran dolar oleh pemerintah pada pertengahan hingga akhir tahun 2022.
Mata uang Asia yang lebih luas melemah, meskipun volume perdagangan agak sepi karena beberapa libur regional.
Won Korea Selatan melemah 0,5%, dan dolar Australia turun 0,1%, menyusul data yang menunjukkan kemerosotan lebih lanjut sentimen konsumen Australia pada awal November.
Data ini menampilkan prospek yang lemah untuk ekonomi Australia, terutama bahwa belanja ritel akan melambat selama musim liburan yang penuh dengan belanja.
Rupee India diperdagangkan sideways pada perdagangan liburan, bergerak di dekat level rekor terendah setelah data menunjukkan inflasi consumer price index (CPI) India tumbuh lebih besar dari estimasi pada bulan Oktober. Tetapi peluang kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Reserve Bank of India tetap tipis, mengingat bank tersebut telah mengisyaratkan jeda yang diperpanjang dalam siklus kenaikan suku bunga.
Baht Thailand berkinerja terburuk di Asia Tenggara, turun 0,4%, sementara ringgit Malaysia turun 0,3%.
Dolar naik dengan fokus data CPI
Indeks dolar dan indeks dolar berjangka naik 0,1% di perdagangan Asia, setelah rebound dari posisi terendah enam minggu selama seminggu terakhir.
Pasar fokus data CPI AS untuk bulan Oktober, yang akan terbit hari ini. Angka ini diperkirakan akan menunjukkan beberapa pendinginan setelah dua bulan berturut-turut mengalahkan ekspektasi.
Data CPI akan menjadi sangat penting bagi pasar minggu ini, mengingat data ini dirilis setelah beberapa pejabat Fed memberi warning bahwa inflasi yang tinggi dapat membuat bank sentral menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Tanda-tanda inflasi yang tinggi kemungkinan akan meningkatkan spekulasi akan kenaikan suku bunga oleh the Fed – sebuah skenario yang menjadi pertanda baik untuk dolar namun buruk untuk pasar Asia.
Sebagian besar mata uang Asia diperdagangkan lebih rendah untuk tahun 2023 akibat khawatir naiknya suku bunga AS.