Mata Uang Asia Melemah, Dolar Bergerak Naik; Pasar Tunggu Isyarat Lain Suku Bunga Fed
Mayoritas mata uang Asia juga turun pada hari Selasa (16/01), sementara dolar menguat kala traders sebagian besar masih menghindari risiko sebelum ada petunjuk lebih lanjut mengenai kapan Federal Reserve dapat mulai memangkas suku bunga.
Antisipasi data ekonomi utama dari China juga membuat pasar regional tetap resah, sedangkan kekhawatiran akan eskalasi dalam konflik Timur Tengah membuat minat risiko tumpul.
Yen Jeppang turun 0,2% dan melewati level 146 terhadap dolar. Data hari Selasa yang menunjukkan inflasi indeks harga produsen tetap lemah di bulan Desember, muncul hanya beberapa hari sebelum data indeks harga konsumen, yang juga diperkirakan inflasi akan tetap lesu.
Inflasi yang lebih lemah memberi Bank of Japan lebih sedikit dorongan untuk mulai mengetatkan kebijakan ultra-dovish, yang menjadi pertanda buruk bagi yen.
Mata uang-mata uang Asia yang lebih luas juga melemah. Dolar Australia – sebuah indikator kunci dari aset risiko regional – melemah 0,5% mengikuti lemahnya harga-harga komoditas. Data juga mengungkap bahwa sentimen konsumen Australia memburuk di awal Januari, di tengah kekhawatiran atas suku bunga dan inflasi yang tinggi.
Won Korea Selatan melemah 0,7% usai data menunjukkan penurunan yang berkelanjutan harga ekspor dan impor. Rupee India turun 0,1% setelah data hari Senin menunjukkan inflasi indeks harga wholesale tumbuh kurang dari perkiraan pada bulan Desember.
Dolar Taiwan melemah 0,6%, di tengah meningkatnya volatilitas setelah Partai Progresif Demokratik yang berkuasa meraih masa jabatan ketiga berturut-turut dalam pemilihan Presiden baru-baru ini. Namun langkah tersebut diperkirakan akan mengundang lebih banyak kemarahan dari China.
Dolar menguat sebelum data ekonomi dan komentar Fed
Indeks dolar dan indeks dolar berjangka masing-masing menguat 0,5% dan 0,3% di perdagangan Asia hari Selasa. Indeks dolar juga diperdagangkan dengan premi kecil untuk kontrak futures, yang mengindikasikan peningkatan permintaan jangka pendek atas greenback.
Traders kini menunggu isyarat lanjutan tentang Fed dan ekonomi AS, dengan Gubernur Fed Christopher Waller akan berbicara pada hari Selasa.
Pada hari Rabu, data retail sales dan produksi industri AS akan menawarkan lebih banyak isyarat mengenai perkembangan ekonomi terbesar di dunia, dengan tanda-tanda pendinginan yang memberikan lebih banyak kepercayaan bagi harapan atas penurunan suku bunga awal.
Tetapi pasar tampaknya telah sedikit memangkas ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga paling cepat Maret 2024, menurut Fedwatch tool dari CME.
Yuan China turun, PDB Q4 ditunggu
Yuan China turun 0,2% ke level terendah lebih dari satu bulan terhadap dolar, dan traders sebagian besar tetap menghindari aset-aset China di tengah berlanjutnya kekhawatiran atas pemulihan ekonomi.
Fokus saat ini tertuju data produk domestik bruto kuartal keempat, yang akan dirilis hari Rabu, untuk mendapat petunjuk lain mengenai ekonomi. PDB diperkirakan akan sedikit melampaui target tahunan pemerintah sebesar 5% untuk tahun 2023.
Tetapi angka yang lebih tinggi kemungkinan besar didorong oleh basis yang lebih rendah untuk perbandingan dari tahun 2022, saat ekonomi China berjuang untuk bangkit kembali dari tiga tahun lockdown COVID.
Yuan termasuk di antara mata uang Asia dengan kinerja terburuk pada tahun 2023, karena pemulihan ekonomi pasca-COVID gagal terwujud.
Angka-angka produksi industri dan retail sales untuk bulan Desember juga akan terbit pada hari Rabu.
sumber : investing