Harga Minyak WTI Tertekan karena Aksi Jual Aset Berisiko
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) terus menurun, didorong oleh aksi jual yang meluas pada aset berisiko dan Dolar AS (USD) yang lebih kuat. WTI diperdagangkan di sekitar $80,60 per barel selama sesi awal Perdagangan Eropa pada hari Jumat. Para investor bergulat dengan sinyal-sinyal yang beragam mengenai permintaan minyak mentah, di tengah kekhawatiran akan potensi perlambatan ekonomi global dan meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga.
Klaim Pengangguran Awal AS meningkat lebih dari yang diprakirakan, data menunjukkan pada hari Kamis, menambahkan 243 ribu pencari tunjangan pengangguran baru untuk pekan yang berakhir 12 Juli dibandingkan dengan 230 ribu yang diprakirakan, dan naik di atas revisi 223 ribu pada pekan sebelumnya. Data tenaga kerja yang lemah, yang meningkatkan ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) di bulan September, yang dapat memacu lebih banyak pengeluaran untuk Minyak.
Pada hari Rabu, Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan bahwa bank sentral AS ‘semakin dekat’ dengan penurunan suku bunga. Sementara itu, Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin menyatakan bahwa pelonggaran inflasi sudah mulai meluas dan ia ingin melihat hal ini terus berlanjut,” demikian dikutip dari Reuters.
Harga Minyak Mentah mungkin akan menghadapi tantangan karena perlambatan ekonomi Tiongkok di kuartal kedua, yang berdampak pada permintaan dari negara pengimpor minyak terbesar di dunia tersebut. Pada hari Kamis, para pemimpin Tiongkok mengindikasikan bahwa Beijing akan mempertahankan kebijakan ekonominya saat ini, tetapi hanya memberikan sedikit rincian spesifik.
Sidang Paripurna Ketiga Tiongkok berakhir pada hari Kamis dengan kurangnya langkah-langkah konkrit untuk merevitalisasi ekonomi yang goyah, gagal untuk mengurangi kekhawatiran permintaan dari importir minyak terbesar. Seorang pejabat senior Tiongkok untuk urusan ekonomi mencatat bahwa pemulihan ekonomi Tiongkok tidak cukup kuat dan menekankan perlunya implementasi kebijakan-kebijakan makroekonomi yang lebih efektif, demikian menurut Reuters.
sumber : fxstreet