Harga Minyak WTI Coba Lanjutkan Kenaikan karena Data Manufaktur yang Kuat

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) masih berada dalam posisi defensif di sekitar $84.10 per barel selama jam-jam perdagangan sesi Asia hari Selasa. Namun, harga minyak mentah meningkat karena data manufaktur yang kuat dari Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, yang melebihi ekspektasi. Ekspansi aktivitas manufaktur di kedua negara tersebut selama bulan Maret dilihat oleh pasar sebagai sinyal positif untuk peningkatan permintaan minyak.

Selain itu, harga minyak mentah mendapat dukungan kenaikan tambahan dari survei Reuters yang mengindikasikan penurunan produksi minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di bulan Maret. Irak dan Nigeria telah mengurangi ekspor minyak mereka, sejalan dengan pengurangan pasokan sukarela yang sedang berlangsung oleh beberapa anggota dalam kesepakatan dengan aliansi OPEC+ yang lebih luas. Kelompok ini memproduksi 26,42 juta barel per hari (bph) bulan lalu, mewakili penurunan 50.000 bph dibandingkan dengan bulan Februari.

OPEC+ akan mengadakan pertemuan tingkat menteri pada hari Rabu, di mana fundamental pasar dan kepatuhan anggota terhadap target produksi akan dievaluasi. Terdapat antisipasi yang luas bahwa kebijakan produksi saat ini akan dipertahankan.

Menurut Patrick De Haan, seorang analis perminyakan di GasBuddy.com, pasar AS dapat mengalami lonjakan harga bensin hingga 15 sen per galon karena pasokan bahan bakar global yang lebih ketat setelah serangan Ukraina baru-baru ini terhadap kilang-kilang minyak Rusia.

Serangan-serangan pesawat tak berawak Ukraina telah berdampak besar pada beberapa kilang minyak Rusia, yang mengakibatkan penurunan ekspor bahan bakar Rusia. Serangan-serangan ini telah menyebabkan hampir 1 juta barel per hari kapasitas pemrosesan minyak mentah Rusia menjadi tidak aktif.


sumber : fxstreet