Harga Minyak Turun usai Pemangkasan OPEC dan Data China Mengecewakan
Harga minyak turun tipis di perdagangan Asia pada hari Jumat (01/12), memperpanjang kerugian dari sesi sebelumnya setelah OPEC+ memangkas pasokan dengan margin yang lebih kecil dari perkiraan, sementara data yang lemah dari China menambah kekhawatiran atas memburuknya permintaan.
Harga minyak menghapus sebagian besar penguatan yang diperoleh awal minggu ini, dan kini akan mengakhiri minggu dengan sedikit lebih tinggi. Minyak juga mengalami penurunan selama dua bulan berturut-turut.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+) mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka akan memangkas produksi sebanyak 2,2 juta barel per hari (bph) pada kuartal pertama 2024.
Namun, pemangkasan produksi baru ini bersifat sukarela, dan terjadi di tengah ketidaksepakatan di kalangan anggota OPEC+ mengenai pengurangan produksi. Grup juga mengecewakan traders yang mengharapkan pengurangan pasokan yang lebih dalam, mengingat terjadinya penurunan harga minyak baru-baru ini.
Minyak Brent untuk penyerahan Februari turun 0,2% menjadi $80,65 per barel, dan minyak WTI turun 0,2% ke $75,91 per barel pukul 08.55 WIB. Keduanya turun lebih dari 6% di bulan November, setelah turun tajam pada hari Kamis.
Penguatan dolar juga menekan pasar minyak, setelah greenback pulih dari posisi terendah 3,5 bulan untuk mengantisipasi pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell hari Jumat.
Pemangkasan OPEC+ mengecewakan, pengurangan di masa depan diragukan
Dari pemangkasan 2,2 juta barel per hari yang diumumkan pada hari Kamis, 1 juta barel per hari merupakan lanjutan dari pemangkasan pasokan yang sedang berlangsung di Arab Saudi. Rusia juga melanjutkan pemangkasan yang berlangsung, tetapi menambahnya sedikit menjadi 500.000 bph dari 300.000 bph.
Hal ini menyumbang total pembatasan produksi baru kurang dari 1 juta bph, yang mengecewakan traders yang berharap akan adanya pembatasan yang lebih besar. Meskipun pemangkasan baru masih akan meniadakan surplus minyak pada kuartal pertama 2024, pasokan akan lebih longgar daripada yang diantisipasi sebelumnya.
Sifat pemangkasan baru juga menjadi perdebatan di pasar, mengingat sifatnya yang sukarela. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan perselisihan di antara anggota OPEC+, yang dapat membatasi ruang lingkup grup dalam memangkas produksi lebih lanjut. Negara-negara Afrika, terutama Angola, juga mengatakan bahwa mereka tidak akan mengikuti rekan-rekan OPEC+ dalam mengurangi pasokan.
“Pemangkasan sukarela ini menyarankan bahwa semakin sulit bagi para anggota untuk menyepakati pemangkasan OPEC+. Oleh karena itu, jika tindakan lebih lanjut diperlukan di masa depan, akan semakin sulit bagi grup ini untuk merespons,” tulis analis di ING dalam sebuah catatan.
Tetapi analis ING masih memperkirakan sedikit peningkatan harga minyak dari pengurangan pasokan, dan minyak Brent dapat naik melampaui target bank $82 per barel untuk kuartal pertama 2024.
Lemahnya PMI China timbulkan kekhawatiran permintaan bahan bakar
Data purchasing managers index (PMI) yang lemah dari China menambah tekanan bagi pasar minyak, saat aktivitas bisnis di negara importir minyak terbesar di dunia ini hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda perbaikan di bulan November.
Meskipun survei swasta yang dirilis hari Jumat menunjukkan beberapa peningkatan dalam aktivitas manufaktur, mesin ekonomi terbesar China masih menghadapi perjuangan berat untuk mencapai level sebelum COVID-19.
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa memburuknya kondisi ekonomi akan mengurangi permintaan minyak mentah global, terutama karena data awal pekan juga menunjukkan pelemahan berkelanjutan di zona euro dan Jepang.
Peningkatan mingguan cadangan AS yang tidak terduga – terutama stok bensin dan distilat, juga menambah kekhawatiran akan melambatnya permintaan di konsumen bahan bakar terbesar di dunia.