Harga Minyak Naik Tipis Seiring Sanksi Baru AS Terhadap Minyak Iran

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik tipis pada hari Jumat setelah kehilangan lebih dari 1% di hari sebelumnya. Namun, WTI tetap berada di jalur untuk penurunan delapan bulan berturut-turut, diperdagangkan sekitar $66,95 per barel saat berita ini ditulis Pukul 13.10 WIB. Kenaikan harga ini terjadi seiring dengan sanksi baru AS terhadap minyak Iran dan pengiriman yang memberikan beberapa dukungan.

Pada hari Kamis, AS memberlakukan sanksi baru yang menargetkan menteri minyak Iran sebagai bagian dari kampanye “tekanan maksimum” yang sedang berlangsung terhadap Teheran. Sanksi ini juga mencakup beberapa kapal berbendera Hong Kong yang terlibat dalam armada bayangan Iran, yang membantu menyembunyikan pengiriman minyak, menurut Departemen Keuangan AS.

Meski demikian, minyak mentah tetap berada di bawah tekanan karena kekhawatiran makroekonomi yang lebih luas. Ketakutan bahwa ketegangan perdagangan global dapat mengurangi permintaan terus ada, terutama setelah Presiden AS Donald Trump mengancam tarif 200% pada semua minuman anggur (wine) dan sampanye Eropa selama awal sesi AS pada hari Kamis, memicu kekhawatiran di pasar global.

Selain itu, ketidakpastian menyelimuti usulan gencatan senjata yang dimediasi AS antara Rusia dan Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan pada hari Kamis bahwa Moskow setuju dengan usulan AS tetapi menegaskan bahwa setiap gencatan senjata harus membuka jalan untuk perdamaian yang langgeng dan mengatasi penyebab konflik. Perwakilan Tinggi Uni Eropa (UE) untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Kaja Kallas, menyarankan bahwa Rusia kemungkinan akan menerima usulan gencatan senjata tetapi dengan syarat, menurut Reuters.

Lebih lanjut yang menekan harga minyak, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa surplus pasokan yang semakin besar dapat meningkat seiring dengan ketegangan perdagangan yang membebani permintaan sementara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, meningkatkan produksi. IEA memproyeksikan bahwa pasokan minyak global akan melebihi permintaan sekitar 600.000 barel per hari (bph) tahun ini, didorong oleh pertumbuhan pasokan yang dipimpin AS. Sementara itu, pertumbuhan permintaan diprakirakan sebesar 1,03 juta bph—70.000 bph lebih rendah dari estimasi bulan lalu.


sumber : fxstreet