Harga Minyak Naik, Sentuh Level Tertinggi Dua Minggu

West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan di sekitar $60,70 saat berita ini ditulis Pukul 13.10 WIB pada hari Kamis. Harga WTI naik ke level tertinggi hampir dua minggu setelah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan minyak besar Rusia.
Reuters melaporkan pada hari Rabu bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan minyak besar Rusia dan menuduh Rusia kurang berkomitmen untuk mengakhiri perang di Ukraina. Sanksi terhadap Rusia dapat membatasi ekspor minyak mentahnya ke pasar global, meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan global yang lebih ketat dan mendorong harga WTI lebih tinggi.
Sanksi baru diumumkan satu hari setelah rencana untuk pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin ditunda. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pada hari Rabu bahwa sanksi baru ini menargetkan Lukoil dan Rosneft, dua perusahaan minyak terbesar Rusia. “Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, Kementerian Keuangan menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang mendanai mesin perang Kremlin,” kata Bessent.
Selain itu, sinyal permintaan yang lebih kuat juga memberikan dukungan bagi harga WTI. Data yang dirilis oleh Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah di AS untuk pekan yang berakhir 17 Oktober turun 961.000 barel dibandingkan dengan kenaikan 3,524 juta barel pada pekan sebelumnya. Prakiraan sebelumnya memprediksi pertumbuhan sebesar 1,8 juta barel.
Di sisi lain, kekhawatiran tentang kelebihan pasokan mungkin membatasi kenaikan harga emas hitam. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) telah melanjutkan rencana untuk meningkatkan pasokan minyak. Hal ini telah mendorong para analis untuk memprediksi surplus minyak mentah tahun ini dan tahun depan. Badan Energi Internasional (IEA) minggu lalu memproyeksikan surplus global hampir 4 juta barel per hari pada tahun 2026.
sumber : fxstreet