Harga MInyak Naik, Didukung Gangguan Pasokan Minyak di Rusia

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melanjutkan kenaikannya untuk tiga hari berturut-turut, diperdagangkan di sekitar $63,47 saat berita ini ditulis Pukul 13.10 WIB pada hari Selasa. Harga minyak mentah mendapatkan dukungan setelah potensi gangguan pasokan dari Rusia menyusul serangan drone Ukraina terhadap infrastruktur energinya dan tekanan AS yang meningkat terhadap para pembeli minyak mentah Rusia.
Ukraina menyerang terminal minyak Primorsk minggu lalu, sebuah pusat ekspor uatama yang mampu menangani hingga 1 juta barel per hari. Selama akhir pekan, Ukraina juga menyerang unit pengolahan utama di kilang Kirishi Rusia, yang memiliki kapasitas sekitar 355.000 barel per hari.
Kyiv telah meningkatkan kampanyenya terhadap infrastruktur energi Rusia dalam upaya untuk melemahkan upaya perang Moskow, sementara negosiasi perdamaian tetap terhenti. Kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan dari Rusia, yang bertanggung jawab atas lebih dari 10% produksi minyak global, telah mendorong harga Minyak lebih tinggi, lapor Reuters, mengutip analis pasar IG, Tony Sycamore.
Selain itu, laporan menunjukkan bahwa Uni Eropa (UE) sedang mempertimbangkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan di India dan Tiongkok yang memfasilitasi perdagangan minyak Rusia sebagai bagian dari paket pembatasan terbarunya. Pada hari Senin, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan Washington akan menahan diri dari mengenakan tarif tambahan pada barang-barang Tiongkok untuk membatasi pembelian minyak Rusia oleh Beijing, kecuali negara-negara Eropa juga bertindak untuk mengenakan bea tinggi pada Tiongkok dan India.
Para pedagang bersiap untuk menghadapi pemotongan suku bunga yang diantisipasi dari Federal Reserve AS minggu ini yang dapat meningkatkan permintaan minyak. The Fed diprakirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan September, meskipun masih ada kemungkinan kecil untuk pemotongan 50 basis poin. Pasar juga telah memperhitungkan pelonggaran yang berkelanjutan hingga 2026 untuk membantu menghindari potensi resesi.
sumber : fxstreet