Harga Minyak Melemah, Tapi Masih di Jalur Kenaikan
Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) stabil di kisaran $71,80 per barel selama sesi awal Eropa pada hari Jumat, memposisikan kenaikan mingguan lebih dari 3%. Kenaikan harga minyak mentah ini mungkin disebabkan oleh para investor yang menilai potensi dampak dari penurunan suku bunga Federal Reserve baru-baru ini dan kebijakan-kebijakan yang akan datang dari pemerintahan Donald Trump terhadap dinamika suplai minyak.
Federal Open Market Committee (FOMC) menurunkan suku bunga acuan overnight sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran target 4,50%-4,75% pada pertemuan bulan November di hari Kamis. Harga minyak yang lebih rendah akan mendukung kegiatan ekonomi di Amerika Serikat (AS), konsumen minyak terbesar, dan dapat berdampak positif pada permintaan minyak.
Ketua The Federal Reserve Jerome Powell mengindikasikan bahwa bank sentral akan melanjutkan pemangkasan suku bunga, mengingat ketatnya kebijakan moneter yang sedang berlangsung. Powell menekankan bahwa The Fed akan terus menilai data ekonomi untuk memutuskan “kecepatan dan tujuan” perubahan suku bunga di masa depan, menyoroti bahwa inflasi secara bertahap melambat menuju target 2% The Fed.
Menurut laporan Reuters, Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, mencatat bahwa harga minyak telah didukung oleh ekspektasi bahwa pemerintahan Trump yang akan datang akan memperketat sanksi terhadap Iran dan Venezuela, yang berpotensi mengurangi pasokan minyak. “Pasar saat ini sedang mencari tahu seperti apa kebijakan Donald Trump nantinya, dan pasar bereaksi terhadap prospek tersebut,” kata Lipow.
Selain itu, gangguan pasokan terus berlanjut di Teluk Meksiko AS karena Badai Rafael, yang telah menyebabkan para operator mengurangi produksi minyak dan gas. Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS melaporkan pada hari Kamis bahwa lebih dari 22% produksi minyak mentah dan 9% produksi gas alam di wilayah tersebut ditutup sebagai respon terhadap badai tersebut.
Di sisi lain, harga minyak mungkin menghadapi tekanan turun dari data yang menunjukkan bahwa impor minyak mentah Tiongkok turun 9% di bulan Oktober, menandai penurunan tahun-ke-tahun selama enam bulan berturut-turut. Namun, para investor berharap akan adanya langkah-langkah stimulus dari Tiongkok seiring dengan berakhirnya pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional yang berlangsung selama lima hari. Karena Tiongkok adalah importir minyak terbesar di dunia, setiap kebijakan yang menguntungkan dapat membantu meningkatkan permintaan minyak mentah.
sumber : fxstreet