Harga Minyak Jatuh, Seiring Meredanya Ketegangan Ukraina–Rusia

Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) melanjutkan pelemahannya untuk hari ketiga berturut-turut, diperdagangkan di sekitar $ 58,31 per barel saat berita ini ditulis Pukul 13.30 WIB pada hari Jumat. Harga Minyak mentah merosot seiring meredanya ketegangan Ukraina-Rusia yang meningkatkan kemungkinan pengurangan sanksi terhadap Minyak Rusia, berpotensi meningkatkan pasokan global. Sentimen berubah menjadi bearish minggu ini saat Washington mendorong rencana perdamaian untuk mengakhiri konflik selama tiga tahun.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menunjukkan keterbukaan untuk perundingan damai. Rencana yang disusun oleh AS dan Rusia ini diharapkan akan dieksplorasi lebih lanjut ketika Zelenskyy berbicara dengan Presiden AS Donald Trump dalam beberapa hari mendatang. Rencana tersebut dilaporkan mencakup konsesi teritorial Ukraina dan potensi pengangkatan sanksi.

Sementara itu, sanksi AS terhadap Rosneft dan Lukoil Rusia mulai berlaku pada hari Jumat. Langkah-langkah terhadap dua perusahaan minyak besar ini dapat meninggalkan hingga 48 juta barel minyak mentah terdampar di laut. Pabrik penyulingan India, yang sebelumnya bergantung pada minyak Rusia dengan diskon, kini sedang mencari pemasok alternatif.

Reliance Industries telah menghentikan impor minyak mentah Rusia di kompleks penyulingan Jamnagar di Gujarat, berlaku mulai 20 November, kata juru bicara perusahaan pada hari Kamis. Konglomerat India ini memiliki kesepakatan jangka panjang untuk memasok hampir 500.000 barel per hari dari Rosneft Rusia, menyatakan akan mematuhi sanksi terhadap Moskow sambil terus bekerja dengan pemasok minyaknya saat ini, menurut Reuters.

Harga minyak tetap tertekan seiring sentimen pasar melunak, dengan data lapangan pekerjaan bulan September memperkuat ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed pada bulan Desember. Alat FedWatch CME kini menunjukkan probabilitas 36% untuk pemotongan 25 basis poin pada pertemuan bulan Desember, naik dari 30% sehari sebelumnya. Dolar AS (USD) yang lebih kuat juga membebani minyak mentah, membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.


sumber : fxstreet