Harga Minyak di Hari Rabu Ditutup Turun, Tertekan Penurunan Permintaan AS dan China
Harga minyak berakhir merosot pada hari Rabu ke level terendah dalam lebih dari tiga bulan di tengah kekhawatiran berkurangnya permintaan di AS dan China.
Minyak mentah berjangka WTI AS kehilangan $2,04, atau 2,64%, menjadi $75,33.
Minyak mentah berjangka Brent turun $2,07, atau 2,54%, menjadi $79,54 per barel.
Kedua tolok ukur tersebut mencapai titik terendah sejak pertengahan Juli.
Yang juga membebani pasar adalah pasokan minyak mentah AS naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu, kata sumber pasar pada Selasa malam, mengutip angka dari American Petroleum Institute.
Angka tersebut akan menjadi peningkatan terbesar sejak bulan Februari, dibandingkan dengan data pemerintah. Namun, Badan Informasi Energi AS (EIA) telah menunda rilis data persediaan minyak mingguannya, biasanya pada hari Rabu, hingga tanggal 15 November untuk menyelesaikan peningkatan sistem yang direncanakan.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS akan meningkat tahun ini sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya namun konsumsi minyak bumi akan turun sebesar 300.000 barel per hari (bpd), kata EIA pada hari Selasa, membalikkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.
Data dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan total ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan, sehingga menambah kekhawatiran terhadap prospek permintaan energi.
Di zona euro, data yang menunjukkan penurunan penjualan ritel juga menyoroti lemahnya permintaan konsumen dan prospek resesi.
Rusia, bagian dari kelompok produsen yang dikenal sebagai OPEC+, sedang mempertimbangkan untuk mencabut larangan ekspor beberapa jenis bensin, kantor berita Interfax mengutip pernyataan Menteri Energi Nikolai Shulginov.
Moskow memberlakukan larangan ekspor bahan bakar pada 21 September untuk mengatasi tingginya harga bahan bakar dalam negeri dan kekurangan bahan bakar. Pemerintah melonggarkan pembatasan pada tanggal 6 Oktober, mengizinkan ekspor solar melalui pipa, namun tetap mempertahankan langkah-langkah ekspor bensin.
Analyst memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga minyak akan mencermati perkembangan konflik Timur Tengah, pernyataan ketua dan pejabat The Fed, yang jika memberikan sentimen negatif bagi harga minyak akan menekan harga minyak. Namun perlu dicermati upaya bargain hunting setelah harga minyak anjlok. Harga minyak WTI diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $74,96-$74,50. Namun jika naik, akan bergerak dalam kisaran Resistance $75,84-$76,36.
sumber : vibiznews