Harga Emas Turun, Tertekan Penguatan Dolar AS

Harga emas dunia jatuh pada Selasa (3/6/2025), setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam hampir empat pekan. Penguatan dolar AS menjadi salah satu faktor utama yang menekan logam mulia ini, sementara pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang kemungkinan pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Harga emas jatuh 0,8% dan ditutup menjadi US$3.353,26 per ons, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak 8 Mei 2025.
Dikutip dari Reuters, penguatan dolar AS sebesar 0,5%, dari posisi terendah dalam lebih dari satu bulan, membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri. Hal ini turut menekan permintaan terhadap aset safe haven tersebut.
“Kita memasuki periode yang dikenal sebagai musim sepi perdagangan di musim panas, jadi ada ekspektasi pasar emas akan bergerak datar atau cenderung konsolidasi,” ujar Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger.
Ketegangan pasar meningkat menjelang potensi komunikasi antara Trump dan Xi jinping, menyusul tudingan dari Trump bahwa China melanggar kesepakatan terkait pengurangan tarif impor. Pertemuan ini menjadi sorotan di tengah memanasnya kembali tensi dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Dari sisi lain, Komisi Eropa menyatakan akan mendorong penurunan tarif AS, bahkan ketika Trump mengusulkan pelipatan tarif pada produk baja dan aluminium. Pemerintah AS juga meminta mitra dagangnya untuk mengajukan penawaran baru sebelum Rabu demi mempercepat proses negosiasi dagang.
Selain faktor geopolitik, pelaku pasar juga menanti data penting AS, diantaranya nonfarm payrolls yang akan dirilis Jumat mendatang, serta pernyataan sejumlah pejabat The Fed untuk mencari petunjuk arah kebijakan suku bunga ke depan.
Data ketenagakerjaan AS pada Selasa menunjukkan peningkatan jumlah lowongan pekerjaan pada April, namun juga dibarengi kenaikan angka pemutusan hubungan kerja (PHK), yang mengindikasikan melemahnya pasar tenaga kerja akibat kekhawatiran perang dagang.
“Saya percaya The Fed siap memangkas suku bunga lagi, meskipun kemungkinan baru terjadi pada September. Ini bisa menjadi faktor yang menekan dolar dan mendukung harga emas,” tambah Meger.
Sebagai aset lindung nilai saat terjadi ketidakpastian politik dan ekonomi, emas cenderung menguat dalam kondisi suku bunga rendah. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah naik sekitar 28%.
Sementara itu, harga perak turun 0,8% menjadi US$34,51 per ons, meski masih berada dekat level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. “Penguatan harga tembaga yang didorong permintaan China, keterbatasan pasokan global, dan tren energi hijau bisa turut mendukung reli perak,” ungkap Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank Ole Hansen.
Untuk logam mulia lainnya, harga platinum malah naik 0,9% ke level US$1.073,14 per ons, sementara palladium melejit 2,1% menjadi US$1.009,83 per ons.
sumber : investor.id