Harga Emas Terkoreksi karena Aksi Profit Taking

Harga emas terkoreksi pada Senin (10/3/2025). Hal itu karena tertekan aksi profit taking meskipun permintaan aset safe haven tetap tinggi di tengah ketidakpastian geopolitik.
Dikutip dari CNBC internasional, pasar juga menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi faktor penting dalam pergerakan harga emas.
Harga emas spot turun 0,2% dan ditutup di level US$ 2.889,20 per ons, setelah mencatat kenaikan 2% pada pekan sebelumnya.
“Ada sedikit jeda dalam kenaikan harga emas akibat aksi profit taking dan pelemahan pasar saham. Namun, permintaan safe haven kemungkinan akan kembali meningkat,” kata analis senior di Kitco Metals Jim Wyckoff.
Pasar saham AS melemah di tengah kekhawatiran bahwa kebijakan tarif balasan dapat berdampak pada ekonomi terbesar dunia tersebut. Presiden AS Donald Trump menolak berspekulasi mengenai kemungkinan resesi akibat ketidakpastian kebijakan tarif yang diterapkannya.
Pekan lalu, Trump memberlakukan tarif baru sebesar 25% pada impor dari Meksiko dan Kanada. Namun, dua hari kemudian, ia memberikan pengecualian sementara terhadap beberapa produk dari kedua negara tersebut selama satu bulan.
Menurut Wyckoff, ketidakpastian terkait perang dagang dan risiko resesi global cenderung mendukung kenaikan harga emas. “Tingginya ketidakpastian ini bisa mendorong harga emas kembali ke rekor tertingginya. Data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan juga akan menguntungkan emas,” ujarnya.
Kini, pelaku pasar menanti rilis data inflasi AS, yaitu Indeks Harga Konsumen (CPI) pada Rabu (12/3/2025) dan Indeks Harga Produsen (PPI) pada Kamis (13/3/2025). Saat ini, para pedagang memperkirakan kemungkinan besar The Fed akan memangkas suku bunga pada Juni mendatang.
Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan, masih perlu dilihat apakah kebijakan tarif pemerintahan Trump akan berdampak inflasioner. Suku bunga yang lebih rendah umumnya meningkatkan daya tarik emas sebagai aset investasi karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil.
Sementara itu, harga perak turun 0,9% menjadi US$ 32,23 per ons.
Konsultan Marex Edward Meir mencatat, investasi perak diperkirakan mengalami sedikit peningkatan. Namun, kekhawatiran ekonomi global, terutama terkait perlambatan ekonomi China, bisa menekan minat investor terhadap logam ini.
Data terbaru menunjukkan bahwa impor China mengalami penurunan tak terduga selama periode Januari-Februari, sementara CPI negara tersebut mencatat penurunan terbesar dalam 13 bulan pada Februari.
Untuk logam lainnya, harga platinum naik tipis 0,04% ke US$ 963,3 per ons. Sedangkan palladium turun 0,4% menjadi US$ 945 per ons.
sumber : investor.id