Harga Emas Tergelincir, Seiring Penguatan Dolar AS

Harga emas dunia tergelincir pada perdagangan Senin (25/8/2025). Setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Pelemahan ini terjadi seiring penguatan dolar AS, meski harapan pemangkasan suku bunga The Fed masih memberi dukungan pada logam mulia.

Harga emas hari ini terlihat turun 0,14% menjadi US$ 3.368,11 per ons pada saat berita ini ditulis Pukul 13.20 WIB. Setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 11 Agustus 2025 pada akhir pekan lalu.

Dikutip dari Reuters, indeks dolar AS naik 0,2% terhadap mata uang utama lain, setelah sebelumnya jatuh ke posisi terendah dalam empat pekan. Kenaikan dolar membuat emas menjadi kurang menarik bagi pembeli dengan mata uang asing.

“Harga Emas memiliki level support cukup kuat di kisaran US$ 3.350 dalam jangka pendek, dengan dovish hint dari Powell pada Jumat lalu yang memungkinkan emas membentuk swing low signifikan,” ujar Senior Analyst City Index, Matt Simpson.

Simpson menambahkan, reli berkelanjutan emas kemungkinan membutuhkan data inflasi PCE yang lebih lunak dan pelemahan data ketenagakerjaan AS. Namun, jika inflasi tetap tinggi, kenaikan emas bisa saja tertahan.

Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell pekan lalu memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga pada pertemuan September mendatang. Ia menyebut risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat, meski tekanan inflasi belum sepenuhnya reda, sehingga keputusan pemangkasan suku bunga belum final.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar kini memperkirakan peluang 87% pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada 17 September 2025, serta total 48 basis poin penurunan hingga akhir tahun ini.

Harga emas cenderung menguat ketika suku bunga rendah, karena menurunkan opportunity cost memegang aset tanpa imbal hasil.

Sementara itu, pasar saham Asia menguat pada awal pekan ini seiring optimisme pemangkasan suku bunga AS. Investor kini menanti rilis data inflasi personal consumption expenditure (PCE) AS pada Jumat (29/8/2025), yang diperkirakan naik ke 2,9%, level tertinggi sejak akhir 2023.


sumber : investor.id