Harga Emas Tembus $ 3.100, Kombinasi dari Berbagai Faktor

Harga emas melonjak ke rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) ke-19 sepanjang tahun ini dan menembus level US$ 3.100 per ons pada Senin (31/3/2025). Kenaikan ini didorong oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk kekhawatiran atas dampak tarif baru yang akan diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pada Senin (31/3/2025), harga emas spot mencapai rekor tertinggi di US$ 3.127,74 per ons. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya permintaan dari bank sentral, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa, serta aliran dana yang deras ke dalam exchange-traded funds (ETF) berbasis emas.

Harga emas telah mencatatkan kenaikan signifikan, dengan melonjak 18% sepanjang tahun ini, setelah sebelumnya naik 27% pada 2024. Sepanjang 2025, emas telah mencapai 19 rekor tertinggi, tujuh diantaranya menembus level psikologis US$ 3.000 per ons. Kenaikan ini juga menandai lonjakan kuartalan terbesar sejak September 1986.

“Reli emas didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, kekhawatiran inflasi, dan permintaan kuat dari investor. Dengan kondisi makro ekonomi saat ini, terutama ketidakpastian perang dagang dan kebijakan bank sentral, tren ini tampaknya akan berlanjut dalam jangka pendek,” ujar pedagang logam mulia di Heraeus Metals Germany Alexander Zumpfe.

Sementara itu, Trump dijadwalkan mengumumkan tarif timbal balik pada 2 April, sementara tarif untuk sektor otomotif akan berlaku pada 3 April. Ketidakpastian mengenai kebijakan ini semakin mendorong investor beralih ke emas sebagai aset lindung nilai.

Analis pasar senior di Tradu.com Nikos Tzabouras mengatakan, ketidakstabilan geopolitik saat ini sangat tinggi, dengan konflik di Timur Tengah yang masih berlangsung dan gencatan senjata penuh antara Rusia dan Ukraina yang belum tercapai. “Pernyataan Trump terkait Rusia, Iran, dan Greenland akhir pekan lalu semakin meningkatkan ketegangan global, yang pada akhirnya memperkuat daya tarik emas,” kata .

Lonjakan harga emas juga dipicu oleh kebijakan suku bunga The Fed, yang memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada September tahun lalu. Bank sentral AS diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga dua kali lagi sebelum akhir tahun ini.

Sementara itu, permintaan emas dari bank sentral terus meningkat, meskipun analis dari Capital Economics menilai bahwa hal ini tidak mencerminkan hilangnya kepercayaan terhadap dolar AS secara drastis. “Sebaliknya, emas semakin dipandang sebagai aset safe haven utama. Kami memperkirakan pembelian oleh sektor resmi akan menopang harga emas hingga US$ 3.300 per ons pada akhir 2025,” ungkap analis Capital Economics.

Minat investor terhadap emas juga terus meningkat, yang tercermin dari aliran dana ke ETF emas. Minggu lalu, ETF berbasis emas mencatat arus masuk terbesar sejak Maret 2022, menandakan lonjakan minat terhadap logam mulia ini.

“Meskipun ETF Amerika Utara mengalami peningkatan arus masuk, tren yang lebih luas menunjukkan meningkatnya permintaan dari investor Eropa yang mencari aset aman di tengah ketidakpastian politik,” tambah Zumpfe.


sumber : investor.id