Harga Emas naik Tipis, Jelang Data Tenaga Kerja Swasta AS

Harga emas naik tipis pada perdagangan Senin (3/11/2025). Pelaku pasar menanti rilis data tenaga kerja swasta Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi acuan arah kebijakan suku bunga The Fed.

Harga emas naik tipis 0,07% dan ditutup di level US$ 4.001,22 per ons.

Analis Marex Edward Meir menilai, pergerakan emas saat ini cenderung membentuk pola konsolidasi setelah reli besar tahun ini. “Harga emas sedang membentuk kisaran perdagangan baru di level tinggi US$ 3.000 hingga pertengahan US$ 4.000an. Ini konsolidasi yang wajar setelah kenaikan besar,” katanya dikutip dari Reuters.

Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak 53%, namun masih terkoreksi sekitar 8% dari rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level US$ 4.381,6 per ons troi yang tercatat pada 20 Oktober lalu.

Investor kini menanti data ADP Employment Report pada Rabu dan indeks aktivitas manufaktur ISM PMI pekan ini untuk mencari petunjuk arah kebijakan suku bunga The Fed. Sementara itu, shutdown pemerintah AS membuat beberapa data ekonomi penting, termasuk laporan dari Bureau of Labor Statistics, tertunda perilisannya.

Pekan lalu, The Fed kembali memangkas suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan belum ada kepastian akan pemangkasan berikutnya. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Desember sebesar 65,3%, turun dari hampir 100% sebelum pertemuan The Fed.

Emas yang tidak memberikan imbal hasil umumnya menguat saat suku bunga rendah atau ketidakpastian ekonomi meningkat.

Kepala strategi komoditas Saxo Bank, Ole Hansen, menilai jeda kenaikan harga emas saat ini masih bersifat sementara. “Koreksi emas kali ini hanyalah jeda, bukan pembalikan tren. Faktor musiman, kebijakan China, dan penguatan dolar memang menekan harga jangka pendek, tetapi tidak mengubah prospek jangka panjang,” ujarnya.

Sementara itu, China mengakhiri kebijakan bebas pajak bagi sebagian pengecer emas pada Sabtu (1/11/2025). Kebijakan ini berpotensi menahan lonjakan permintaan logam mulia di negara konsumen emas terbesar dunia tersebut.


sumber : investor.id