Harga Emas Naik, Fokus Kini Pada Data Inflasi PCE AS

Harga emas naik pada perdagangan Kamis (4/12/2025), meski imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) menahan sentimen positif dari pelemahan dolar.

Dikutip dari Reuters, pasar kini menantikan rilis data inflasi AS, yakni Personal Consumption Expenditures (PCE), yang akan menjadi acuan penting bagi arah kebijakan The Fed jelang pertemuan Desember.

Harga emas naik 0,14% dan ditutup di US$ 4.208,6 per ons.

Analis Marex Edward Meir menjelaskan, kenaikan imbal hasil obligasi mendorong tekanan pada harga emas. “Yield yang lebih tinggi membatasi potensi kenaikan emas, meski pelemahan indeks dolar memberi sedikit dukungan,” ujarnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik, sementara indeks dolar AS melemah ke posisi terendah satu bulan, membuat emas lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri.

Data terbaru menunjukkan klaim tunjangan pengangguran AS turun menjadi 191.000, terendah dalam lebih dari tiga tahun dan jauh di bawah ekspektasi ekonom yang memproyeksikan 219.000 klaim.

Namun, laporan ADP sehari sebelumnya mengungkapkan penurunan 32.000 pada payroll sektor swasta November, penurunan terdalam dalam sekitar dua setengah tahun.

Konsensus lebih dari 100 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan 9–10 Desember mendatang. Penurunan suku bunga umumnya menguntungkan aset tanpa imbal hasil seperti emas.

Investor kini menunggu rilis laporan PCE bulan September yang akan dirilis Jumat (5/12/2025). PCE merupakan indikator inflasi favorit The Fed dan memiliki pengaruh besar terhadap arah kebijakan moneter.

Meir menilai harga emas kemungkinan bergerak dalam rentang sempit hingga pekan depan. Pasar tampaknya tidak akan banyak bergerak, termasuk emas, yang kemungkinan tetap berada dalam kisaran perdagangan yang relatif tenang.

“Saya tidak melihat emas kembali menguji level tertinggi sebelumnya di hampir US$ 4.400 tahun ini,” katanya.

Di pasar logam mulia lainnya, harga perak ambles 2,35% dan ditutup di US$ 57,1 setelah menyentuh rekor tertinggi US$58,95 pada Rabu (3/12/2025). Sepanjang tahun ini, perak telah melesat sekitar 97,3%, didukung defisit pasokan struktural, kekhawatiran atas likuiditas pasar, serta masuknya perak ke daftar mineral kritis AS.


sumber : investor.id