Harga Emas Menguat, Setelah Data Inflasi dan Tenaga Kerja AS Melambat
Harga emas mencatatkan penguatan mingguan pada perdagangan Jumat (19/12/2025), didorong meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed. Sentimen pelonggaran moneter kian menguat setelah rilis data inflasi dan tenaga kerja AS menunjukkan perlambatan.
Harga emas spot naik 0,15% dan ditutup di level US$ 4.339,38 per ons. Secara akumulatif sepanjang pekan ini, emas mencatat kenaikan sekitar 0,83%. Sedangkan dalam sebulan terakhir melejit 6,29% dan sepanjang 2025 telah melesat sebesar 65,84%.
Dikutip dari Reuters, kinerja positif emas terjadi di tengah reli kuat logam mulia lainnya, terutama perak, yang melonjak ke rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). Meski demikian, pelaku pasar menilai emas masih memiliki ruang penguatan lanjutan seiring perubahan ekspektasi kebijakan moneter global.
Head Trader US Global Investors Michael Matousek mengatakan, pergerakan harga emas dan perak umumnya saling berkorelasi, dengan emas biasanya memimpin arah pasar. Namun dalam beberapa bulan terakhir, perak justru bergerak lebih agresif.
“Biasanya emas yang memimpin, tetapi dua bulan terakhir perak mengambil alih. Ketika selisih pergerakan harga terlalu lebar, investor mulai kembali melirik emas untuk mengejar ketertinggalan dalam jangka pendek,” ujar Matousek.
Sepanjang tahun ini, harga emas telah menguat sekitar 65%, meski masih tertinggal dibanding lonjakan perak yang mencapai lebih dari 130%. Analis menilai kondisi tersebut membuka peluang rotasi minat investor kembali ke emas, terutama sebagai aset lindung nilai.
Dari sisi fundamental, data makroekonomi AS menjadi pendorong utama penguatan harga emas. Inflasi konsumen AS pada November tercatat naik 2,7% secara tahunan, lebih rendah dari proyeksi ekonom sebesar 3,1%.
Selain itu, tingkat pengangguran AS meningkat menjadi 4,6%, tertinggi sejak September 2021.
Chief Market Strategist Blue Line Futures Phillip Streible menilai, kombinasi inflasi yang melandai dan melemahnya pasar tenaga kerja semakin memperkuat keyakinan bahwa The Fed akan melanjutkan kebijakan pelonggaran.
“Kita melihat inflasi yang lebih rendah dan data tenaga kerja yang melemah. Ini menegaskan bahwa The Fed berada di jalur penurunan suku bunga. Ketidakpastian arah kebijakan bank sentral juga menjadi faktor pendukung utama harga emas,” ujar Streible.
Berdasarkan data LSEG, pelaku pasar saat ini memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga The Fed masing-masing sebesar 25 basis poin pada tahun depan. Ekspektasi tersebut membuat emas tetap menarik sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
sumber : investor.id
