Harga Emas Menguat, Jelang Keputusan The Fed
Harga emas dunia menguat pada Rabu (29/10/2025) siang, menjelang keputusan The Fed yang diperkirakan akan memangkas suku bunga. Namun, optimisme terkait perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China menahan potensi kenaikan emas.
Harga emas hari ini terlihat naik 0,15% ke level US$ 3.973,33 per ons saat berita ini ditulis Pukul 13.40 WIB, setelah pada Selasa sempat menyentuh level terendah sejak 7 Oktober 2025.
Analis Senior Pasar OANDA Kelvin Wong menilai, koreksi jangka pendek emas terjadi karena pergeseran investasi dari aset safe haven ke instrumen yang lebih responsif, seperti saham global, seiring optimisme perdagangan.
“Dalam jangka pendek, emas menghadapi tekanan turun akibat penyesuaian posisi oleh investor leverage jangka pendek dan level teknikal yang ditembus. Namun, fundamental emas tetap bullish,” ujarnya dikutip dari Reuters.
Perkembangan perdagangan AS-China turut menjadi sorotan. Pejabat ekonomi tinggi kedua negara akhir pekan lalu menyepakati kerangka kesepakatan perdagangan yang akan menghentikan peningkatan tarif AS dan pembatasan ekspor bahan tanah jarang China.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu di Korea Selatan pada Kamis (30/10/2025).
Menurut ANZ, kemajuan pembicaraan perdagangan ini menekan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas, sehingga logam mulia tersebut mengalami koreksi. Namun, penurunan baru-baru ini justru dapat menjadi peluang bagi bank sentral untuk menambah pembelian emas.
Sementara itu, pasar menantikan keputusan The Fed yang diperkirakan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir rapat kebijakan hari ini. Investor juga mencermati pernyataan forward looking dari Ketua The Fed Jerome Powell. Di sisi lain, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan kebijakan Kamis mendatang.
Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, biasanya diminati pada lingkungan suku bunga rendah dan saat ketidakpastian ekonomi tinggi.
Harga emas telah naik sekitar 52% sepanjang tahun ini, mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level US$ 4.381,18 per ons pada 20 Oktober 2025, didorong oleh ketidakpastian geopolitik, spekulasi pemangkasan suku bunga, serta pembelian berkelanjutan oleh bank sentral.
sumber : investor.id
