Harga Emas Melonjak karena Shutdown Pemerintahan AS

Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada Rabu (1/10/2025), mendekati level psikologis US$ 4.000 per ounce.

Dikutip dari CNBC Internasional, lonjakan itu terjadi setelah Amerika Serikat (AS) mengalami shutdown pemerintah pertama dalam hampir tujuh tahun terakhir, menyusul kegagalan anggota parlemen mencapai kesepakatan pendanaan pemerintah.

Harga emas menguat 0,18% dan ditutup di level US$ 3.865,44 per ounce, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 3.895,23 per ounce. Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak hampir 50%.

Shutdown pemerintah AS kali ini dinilai signifikan karena berdampak pada tertundanya rilis data tenaga kerja penting yang seharusnya dipublikasikan Jumat (3/10/2025) mendatang. Data tersebut sangat krusial bagi The Fed dalam mengambil keputusan menjelang rapat kebijakan berikutnya.

Presiden Donald Trump bahkan mengancam akan memangkas ‘banyak’ pegawai federal, yang biasanya hanya dirumahkan sementara selama periode shutdown pemerintah AS.

Belum ada kepastian kapan kebuntuan politik ini akan berakhir. Pada periode pertama Trump, AS pernah mengalami shutdown parsial selama 34 hari, yang menjadi yang terlama dalam sejarah.

Ketidakpastian ini membuat investor meninggalkan aset berisiko, sementara emas, yang dikenal sebagai aset safe haven, harganya terus reli, mencetak rekor ke-39 sepanjang 2025.

“Status emas sebagai aset pelindung sudah lama diketahui, tetapi kenaikan tak terbendung dalam beberapa tahun terakhir sungguh menakjubkan,” ujar Chief Equity Strategist Morningstar, Michael Field.

Field menilai, shutdown pemerintah AS hanya menjadi ‘pemicu terakhir’ dari tren yang sudah lama terbentuk akibat konflik geopolitik, ketidakstabilan politik di Prancis, serta kebijakan tarif baru.

Sementara itu, Chief Strategy Officer BNP Paribas Fortis Philippe Gijsels memprediksi, harga emas bakal menembus US$ 4.000 dan bahkan melampauinya.

“Sekitar satu setengah tahun lalu, kami sudah memprediksi target ini. Awalnya kenaikan hanya didorong oleh pembelian bank sentral, tetapi sejak awal tahun investor juga masuk agresif, mempercepat reli,” jelasnya.

Menurut Gijsels, kondisi ketidakpastian global, inflasi yang persisten, dan perubahan strategi investasi membuat investor semakin melirik aset riil seperti emas. “Kita baru memasuki fase awal. Level harga emas di US$ 4.000 bukan akhir, melainkan awal dari pasar bull terkuat dalam sejarah logam mulia,” paparnya.

UBS juga memperkirakan reli emas masih akan berlanjut. Analis UBS Joni Teves menilai, emas masih ‘kurang dimiliki’ oleh investor global. “Kami memperkirakan reli harga emas berlanjut dalam beberapa kuartal ke depan, ditopang melemahnya dolar AS, turunnya suku bunga riil, dan meluasnya basis investor emas,” kata Teves.

Namun, UBS memproyeksikan tren kenaikan harga emas akan mulai melambat menjelang akhir 2026 seiring berakhirnya siklus pelonggaran The Fed dan membaiknya kondisi ekonomi global.

Meski begitu, Teves menegaskan, peran emas kini telah bergeser menjadi bagian inti portofolio strategis, sehingga harga diperkirakan akan stabil di level yang secara historis tetap tinggi dalam jangka panjang.


sumber : investor.id