Harga Emas Melonjak Drastis Setelah Rilis Data Inflasi AS

Harga emas naik drastis pada Jumat (20/12/2024). Hal itu didorong pelemahan dolar dan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Setelah data ekonomi AS mengindikasikan perlambatan inflasi.

Dikutip dari CNBC internasional, harga emas spot melonjak 1,1% menjadi US$ 2.631,87 per ons.

Dolar AS melemah 0,4% dari level tertingginya dalam dua tahun, menjadikan emas lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri. Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS juga turun dari level tertingginya dalam enam bulan.

Laporan ekonomi menunjukkan inflasi bulanan melambat pada November setelah tidak menunjukkan banyak perbaikan dalam beberapa bulan terakhir. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,1% bulan lalu, setelah kenaikan 0,2% pada Oktober yang tidak mengalami revisi.

“Tidak hanya data PCE, tetapi juga data pendapatan pribadi dan pengeluaran pribadi semuanya lebih lemah dari ekspektasi. Kami melihat para investor kembali ke pasar emas dan membangun posisi mereka,” kata Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures Phillip Streible.

Streible menambahkan, awalnya pasar memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga, yang menyebabkan aksi jual besar-besaran pada emas. Namun, sekarang muncul kemungkinan adanya tiga kali pemangkasan suku bunga dengan kebijakan yang lebih akomodatif, meskipun masih terlalu dini untuk memastikan.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil.

JP Morgan dalam sebuah catatan menyebutkan, dengan permintaan fisik yang masih menjadi penopang, pihaknya sekarang memasuki 2025 dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang relatif rendah.

“Hal ini dapat mendorong kenaikan harga emas jika kekhawatiran inflasi ternyata berlebihan, sehingga memberikan The Fed fleksibilitas lebih,” tulis JP Morgan dalam sebuah catatan.

Selain emas, harga perak spot melejit 1,7% menjadi US$ 29,52 per ons. Platinum juga mengalami kenaikan 0,2% menjadi US$ 925,65 per ons, sementara paladium naik 1,2% ke level US$ 916,88 per ons.


sumber : investor.id