Harga Emas Melesat Dipicu Inflasi AS yang Rendah

Harga emas melesat pada perdagangan Rabu (11/6/2025). Kenaikan tersebut dipicu data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada September mendatang.
Harga emas spot melesat 0,98% dan ditutup menjadi US$ 3.354,78 per troy ons.
Data terbaru menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS hanya naik 0,1% pada Mei, melambat dari kenaikan 0,2% di bulan sebelumnya. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei Reuters, yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,2% secara bulanan dan 2,5% secara tahunan.
“Data inflasi inti yang lebih rendah dari ekspektasi telah mendorong harga logam mulia naik, seiring dengan turunnya imbal hasil obligasi dan nilai dolar. Harapannya, ini bisa mempercepat pemangkasan suku bunga oleh The Fed,” ujar analis dan pedagang logam mulia independen Tai Wong.
Berdasarkan alat pemantau CME FedWatch, pasar saat ini memperkirakan peluang sebesar 68% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.
Dari sisi geopolitik dan perdagangan, Presiden AS Donald Trump menyatakan, telah tercapai kesepakatan dagang dengan China. Dalam kesepakatan tersebut, China akan memasok logam langka dan magnet, sementara AS akan mengizinkan mahasiswa asal China untuk belajar di perguruan tinggi dan universitas di negaranya.
Saat ini, fokus pasar beralih ke data Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang dijadwalkan rilis Kamis (12/6/2025), menjelang pertemuan The Fed pada 17-18 Juni 2025.
“Pasar ingin melihat emas dan perak mampu menembus level tertinggi terakhir, yakni masing-masing di US$ 3.403 dan US$ 36,9, sebagai sinyal untuk melanjutkan reli. Jika tidak ada penguatan signifikan meskipun datanya bagus, maka mungkin terjadi koreksi jangka pendek,” tambah Wong.
Di sisi lain, harga platinum melonjak 2,9% ke US$ 1.256,70 per ons, level tertingginya sejak 2021. Namun, Goldman Sachs dalam catatannya menyebut, reli platinum kemungkinan tidak akan berkelanjutan karena permintaan dari China yang sensitif terhadap harga, tekanan pada sektor otomotif, serta potensi peningkatan pasokan global.
Sementara itu, harga perak spot melemah 1,2% ke US$ 36,11 per ons. Di sisi lain, palladium naik 1,3% ke US$ 1.074,25 per ons.
sumber : investor.id