Harga Emas Melemah, tapi Tetap Catat Kenaikan Bulanan Ketiga

Harga emas dunia melemah pada Jumat (31/10/2025), tapi tetap bertahan di level psikologis US$ 4.000. Pelemahan itu karena tertekan ketidakpastian terkait pemangkasan suku bunga lanjutan The Fed. Meski demikian, emas tetap berada di jalur untuk mencatat kenaikan bulanan ketiga secara berturut-turut.

Harga emas ditutup melemah 0,54% ke level 4.002,92 per ons dan mencatat kenaikan 3,74% sepanjang Oktober.

Dikutip dari Reuters, penguatan dolar AS yang mendekati level tertinggi tiga bulan membuat emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Ketidakpastian muncul setelah Presiden The Fed Bank Cleveland Beth Hammack menyatakan, menentang pemangkasan suku bunga pekan ini. Ia menekankan bahwa The Fed perlu mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk menekan inflasi.

“Pernyataan Hammack menekan harga emas karena ia menjadi pejabat The Fed ketiga yang secara publik menolak pemangkasan suku bunga lebih lanjut di tengah inflasi tinggi. Ia akan menjadi pemilih di FOMC 2026, menunjukkan pasar terlalu optimistis memprediksi suku bunga turun,” kata pedagang logam independen Tai Wong.

Meskipun The Fed memangkas suku bunga pada Rabu (29/10/2025), komentar hawkish Ketua The Fed Jerome Powell membuat pasar kini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga Desember hanya 63%, turun dari lebih 90% sebelumnya, menurut alat CME FedWatch.

Emas cenderung kehilangan daya tarik ketika suku bunga tinggi karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil. Tahun ini, emas telah naik 53%, mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di US$ 4.381,21 per ons troi pada 20 Oktober lalu.

Morgan Stanley menyatakan, pihaknya masih melihat potensi kenaikan emas seiring pemangkasan suku bunga, aliran dana ke ETF, pembelian bank sentral, dan ketidakpastian ekonomi global yang berlanjut. Bank ini memproyeksikan rata-rata harga emas mencapai US$ 4.300 per ons troi pada paruh pertama 2026.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana menurunkan tarif impor dari China dari 57% menjadi 47% sebagai imbalan bagi Beijing untuk menindak perdagangan fentanyl ilegal, melanjutkan pembelian kedelai AS, dan menjaga aliran ekspor logam tanah jarang.


sumber : investor.id