Harga Emas Melemah, Harapan Pemangkasan Suku Bunga Menipis

Harga emas melemah pada Jumat (21/11/2025). Setelah data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan membuat pasar semakin ragu bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan Desember mendatang.

Harga emas spot hari ini terpangkas 0,58% menjadi US$ 4.034,46 per ons saat berita ditulis Pukul 13.40 WIB.

Direktur GoldSilver Central Brian Lan menilai, harga emas saat ini bergerak dalam fase konsolidasi di tengah penguatan dolar AS. “Dolar menguat cukup signifikan dan pasar masih berspekulasi apakah The Fed akan melanjutkan pemangkasan suku bunga atau justru menahan langkah tersebut,” ujarnya dikutip dari Reuters.

Lan menambahkan, menjelang akhir tahun, banyak pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung. “Kami melihat banyak trader mengurangi posisi mereka sejak akhir pekan lalu, dan ini menambah tekanan pada harga emas,” paparnya.

Dolar AS tercatat menuju penguatan mingguan terkuat dalam lebih dari satu bulan. Dolar yang lebih kuat membuat emas semakin mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan.

Tekanan tambahan datang dari laporan Departemen Tenaga Kerja AS yang sempat tertunda akibat shutdown pemerintah. Laporan tersebut menunjukkan nonfarm payrolls pada September meningkat 119 ribu, lebih dari dua kali lipat dari perkiraan pasar sebesar 50 ribu.

Dengan data tersebut, pelaku pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember turun menjadi sekitar 39%. Emas sebagai aset tanpa imbal hasil cenderung berkinerja lebih baik di lingkungan suku bunga rendah.

Risalah pertemuan The Fed bulan Oktober yang dirilis pekan ini menunjukkan bank sentral tetap memangkas suku bunga meski beberapa pejabat memperingatkan risiko inflasi yang dapat kembali menguat serta hilangnya kepercayaan publik bila langkah tersebut diambil terlalu cepat.

Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee juga kembali menyatakan ketidaknyamanannya terkait pemangkasan suku bunga secara agresif di awal. Ia menilai perkembangan inflasi menuju target 2% masih tersendat dan bahkan menunjukkan tanda-tanda bergerak ke arah yang salah.