Harga Emas Lanjut Naik Setelah Trump Umumkan Tarif Baru Untuk Kanada

Harga emas dunia kembali menguat pada Jumat (11/7/2025). Setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif baru terhadap Kanada dan mengancam tarif tambahan bagi sejumlah mitra dagang utama lainnya. Namun, penguatan harga emas kali ini dibatasi oleh menguatnya dolar AS.

Dikutip dari Reuters, harga emas naik 0,3% menjadi US$ 3.343,26 per ons pada saat berita ini ditulis Pukul 13.30 WIB.

Trump menyatakan bahwa AS akan mengenakan tarif impor sebesar 35% terhadap Kanada mulai 1 Agustus 2025. Trump juga berencana mengenakan tarif menyeluruh sebesar 15–20% terhadap sebagian besar mitra dagang lainnya.

Langkah ini mengikuti pengumuman pada Rabu (9/7/2025) mengenai tarif 50% terhadap impor tembaga dan barang dari Brasil. Surat pemberitahuan tarif juga telah dikirimkan ke Jepang dan Korea Selatan.

Analis pasar utama KCM Trade Tim Waterer menjelaskan, meski eskalasi perang dagang Trump kembali memanas, emas tidak melonjak setinggi sebelumnya. “Investor tampaknya mulai terbiasa dengan gaya kebijakan Trump dan dinamika tarif saat ini,” ujarnya.

Indeks dolar AS tercatat menuju performa mingguan terbaik sejak akhir Februari 2025. Penguatan dolar membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional.

“Penguatan dolar yang terjadi bersamaan dengan kenaikan harga emas, kemungkinan menahan laju penguatan emas lebih tinggi,” kata Waterer.

Sementara itu, data klaim pengangguran mingguan AS menunjukkan penurunan tak terduga ke level terendah dalam tujuh pekan terakhir. Ini menunjukkan stabilitas ketenagakerjaan, meski pasar tenaga kerja mulai melambat. Data ini turut mengindikasikan bahwa The Fed belum akan terburu-buru memangkas suku bunga.

Emas, yang sering dianggap sebagai aset lindung nilai saat ketidakpastian ekonomi meningkat, biasanya lebih menarik dalam kondisi suku bunga rendah.

Gedung Putih juga kembali menyerang Ketua The Fed Jerome Powell. Seorang pejabat senior menyebut Powell telah ‘salah urus besar-besaran’ bank sentral AS, dengan mengutip defisit dan pembengkakan biaya sebagai alasan.


sumber : investor.id