Harga Emas Kembali Tergelincir karena Aksi Profit Taking Jangka Pendek

Harga emas dunia kembali tergelincir di bawah level psikologis US$ 4.000 per ons, setelah sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). World Gold Council (WGC) menyebut, meski berpotensi mengalami aksi profit taking dalam jangka pendek, momentum kenaikan yang mendorong reli emas masih sulit diabaikan.
Harga emas hari ini terlihat naik 0,19% ke level US$ 3.971,55 per ounce saat berita ditulis Pukul 13.50 WIB. Sedangkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) tercatat di level US$ 4.059,01 yang tercatat pada 8 Oktober 2025 lalu.
Dikutip dari Kitco, dalam laporan bulanan mengenai exchange-traded fund (ETF) berbasis emas, WGC mencatat lonjakan arus masuk (inflow) ke rekor tertinggi pada kuartal III-2025, dengan lebih dari 60% aktivitas tercatat pada bulan September.
Selama bulan tersebut, tercatat 145,6 ton emas masuk ke ETF global, senilai lebih dari US$ 17,3 miliar. Secara kuartalan, total kepemilikan ETF emas meningkat 221,7 ton, dengan nilai mendekati US$ 26 miliar.
Analis WGC menuturkan, kenaikan tajam harga emas turut mendorong nilai aset kelolaan (AUM) ke rekor tertinggi, sementara kepemilikan fisik hanya sekitar 2% di bawah puncak November 2020. Secara regional, investor di Amerika Utara masih menjadi motor utama pembelian emas, dengan inflow sebesar 88,4 ton atau senilai US$ 10,5 miliar sepanjang September.
WGC menyebut, permintaan investasi didorong oleh pelemahan dolar AS, ekspektasi penurunan imbal hasil (yield), dan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada bulan tersebut.
Di Eropa, ETF emas mencatat kenaikan selama lima bulan berturut-turut, dengan September menjadi bulan ketiga terkuat sepanjang sejarah. Kepemilikan ETF di kawasan ini naik 37,3 ton, senilai US$ 4,4 miliar. “Ketika ECB dan BoE menahan suku bunga di tengah inflasi yang meningkat, investor mencari lindung nilai terhadap daya beli dan ketidakpastian kebijakan,” tulis WGC.
Sementara di Asia, kepemilikan ETF meningkat 17,5 ton senilai US$ 2,1 miliar, dengan India memimpin inflow sebesar US$ 902 juta. Peningkatan tersebut didorong oleh pelemahan pasar saham domestik dan risiko geopolitik yang membuat investor mencari aset aman.
WGC mengingatkan bahwa reli kuat yang mendorong harga ke rekor tertinggi telah membuat pasar emas berada di wilayah overbought. Meski begitu, lembaga tersebut tetap optimistis bahwa fundamental emas masih kuat hingga akhir tahun, terutama di tengah ketidakpastian global dan volatilitas pasar saham.
“Jika pasar ekuitas mengalami koreksi pada Oktober, bulan yang dikenal penuh gejolak, emas berpotensi tetap bertahan atau bahkan kembali menguat. Risiko utama hanya akan muncul jika terjadi krisis likuiditas besar, tetapi sejauh ini tidak ada tanda-tanda gangguan serius di sektor kredit maupun perbankan,” kata WGC.
sumber : investor.id