Harga Emas Kembali Menguat, Dipicu Meningkatnya Ketegangan Geopolitik
Harga emas kembali naik pada Kamis (23/10/2025), setelah sempat melemah selama dua hari berturut-turut. Kenaikan harga logam mulia ini dipicu meningkatnya ketegangan geopolitik global yang mendorong permintaan aset safe haven.
Dikutip dari Reuters, di saat yang sama pelaku pasar bersiap menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Jumat (24/10/2025).
Harga emas spot ditutup naik 0,67% menjadi US$ 4.125,94 per troy ons, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah dalam dua pekan.
Pada awal pekan ini, harga emas sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level US$ 4.381,18 per ons. Namun sehari kemudian, harga emas mencatat penurunan harian paling tajam dalam lima tahun terakhir.
“Semua faktor fundamental yang mendorong kenaikan harga emas sepanjang tahun ini masih tetap kuat. Ada aksi beli saat harga turun dan juga peningkatan ketegangan geopolitik yang mendorong permintaan emas hari ini,” ujar Wakil Presiden sekaligus Analis Senior Logam di Zaner Metals Peter Grant.
Sepanjang 2025, harga emas telah melonjak sekitar 57%, didorong oleh ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi global, ekspektasi pemangkasan suku bunga, serta pembelian emas oleh bank sentral yang terus berlanjut.
Presiden AS Donald Trump pada Rabu (22/10/2025) memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia terkait konflik Ukraina, dengan menargetkan dua perusahaan minyak besar, Lukoil dan Rosneft.
Selain itu, pemerintahan Trump juga tengah mempertimbangkan pembatasan ekspor berbagai produk berbasis perangkat lunak ke China, sebagai respons terhadap kebijakan Beijing yang membatasi ekspor logam tanah jarang (rare earth).
Fokus pasar kini tertuju pada rilis data Consumer Price Index (CPI) AS pada Jumat (24/10/2025), yang akan menjadi indikator penting bagi The Fed sebelum rapat kebijakan moneter pekan depan. Analis memperkirakan inflasi inti AS akan tetap berada di level 3,1% pada September.
Pasar telah memperhitungkan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed, dan satu kali lagi pada Desember mendatang. Emas, yang tidak memberikan imbal hasil (non yielding asset), biasanya diuntungkan dalam kondisi suku bunga rendah.
JP Morgan memprediksi harga emas dapat mencapai rata-rata US$ 5.055 per troy ons pada kuartal IV-2026, dengan asumsi permintaan investor dan pembelian bank sentral akan berkisar di angka 566 ton per kuartal tahun depan.
sumber : investor.id
