Harga Emas Dekati Tertinggi Dua Pekan, Tunggu Sinyal Trump Soal The Fed

Harga emas dunia menguat mendekati level tertinggi dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Selasa (5/8/2025). Kenaikan itu seiring meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari Reuters, pasar juga mencermati keputusan Presiden AS Donald Trump terkait penunjukan pejabat baru The Fed.
Harga emas spot naik 0,2% dan ditutup di level US$ 3.380,62 per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 24 Juli 2025.
Penguatan emas juga didorong oleh pelemahan dolar AS, yang membuat logam mulia tersebut lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
“Pasar masih terpukul oleh rilis data ekonomi pekan lalu, terutama setelah Trump memecat kepala Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) usai data ketenagakerjaan Juni yang mengecewakan,” kata analis komoditas di TD Securities Daniel Ghali.
Ghali menambahkan, kondisi ini memperkuat pandangan bahwa dolar AS mulai kehilangan fungsinya sebagai penyimpan nilai, yang turut mendorong minat terhadap emas sebagai aset lindung nilai.
Saat ini, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali hingga akhir 2025, dengan dimulai pada September mendatang.
Dari sisi kebijakan, Trump mengatakan akan segera mengumumkan pengganti sementara Gubernur The Fed Adriana Kugler yang mengundurkan diri pada Jumat (1/8/2025). Trump juga dijadwalkan mengumumkan kandidat ketua The Fed selanjutnya.
Di tengah ketidakpastian ini, emas mendapat sentimen positif sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, namun semakin diminati di tengah lingkungan suku bunga rendah.
Selain emas, harga perak juga melonjak 1,2% ke US$ 37,85 per ons, level tertinggi sejak 30 Juli 2025.
“Saat ini saya lebih optimistis terhadap perak dibanding emas. Jika mampu menembus US$ 40, target berikutnya kemungkinan di kisaran US$ 42,” ujar analis pasar senior di RJO Futures Bob Haberkorn.
Sementara itu, platinum turun 1% menjadi US$ 1.316,35 dan palladium melemah 2,1% ke US$ 1.181,21 per ons.
Adapun produsen logam asal Afrika Selatan, Sibanye-Stillwater, telah meminta pemerintah AS untuk mempertimbangkan tarif terhadap impor palladium dari Rusia guna memperkuat pasokan jangka panjang di pasar domestik.
sumber : investor.id