Harga Emas Cetak Rekor Lagi ! ATH Lima Hari Berturut-turut

Harga emas terpantau stabil pada perdagangan Rabu (25/9/2024) kemarin, setelah selama empat hari beruntun mencetak rekor di tengah pasar yang meningkatkan peluang untuk pemangkasan suku bunga besar lainnya oleh bank sentral Amerika Serikat (AS).
Merujuk data Refinitiv pada perdagangan kemarin, harga emas dunia ditutup naik tipis 0,122 poin di US$ 2.657,20 per troy ons. Pada perdagangan kemarin harga emas kembali mencetak rekor tertinggi barunya (all time high/ATH). Meskipun kenaikannya sangat tipis kemarin, tetapi emas dunia kembali mencetak ATH-nya lagi kemarin.

Dengan demikian, emas sudah mencetak rekor selama lima hari beruntun (Kamis, Jumat, Senin, Selasa rabu) dan menguat sebesar 3,83% selama lima hari,

Pada perdagangan Kamis pagi hari ini (26/9/20240 pukul 06.50 WIB, emas masih bergairah dan mencetak ATH lagi, yakni naik tipis 0,05% ke US$ 2.657,09 per troy ons.

Harga emas dunia mulai tetap naik di tengah penguatan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) dan indeks dolar AS. Yield Treasury AS tenor 10 tahun yang merupakan obligasi acuan AS naik 5,3 basis poin (bps) menjadi 3,789% sementara indeks dolar menguat ke 100,91 atau tertinggi dalam delapan hari.

Secara historis, keduanya biasanya membuat emas melandai.

Penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury berdampak negatif ke emas. Pembelian emas dikonversi ke dolar sehingga kenaikan dolar AS membuat emas menjadi makin mahal untuk dibeli sehingga mengurangi pembelian.

Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, harga emas tertolong oleh memanasnya konflik di Timur Tegah serta stimulus ekonomi China.
Konflik di Timur Tengah membuat permintaan aset aman naik sementara stimulus ekonomi China diharapkan bisa mendongkrak permintaan emas.

Sentimen pasar sedikit berubah selama sesi perdagangan AS pada Rabu kemarin, di mana tampaknya pasar di AS mulai kembali melirik data ekonomi terbaru dan yang akan dirilis hingga akhir pekan ini, karena mereka khawatir bahwa kondisi keuangan yang lebih longgar dapat memicu kembali inflasi menjauhi target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Pada pekan ini, data ekonomi terbaru AS menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di sektor manufaktur menurun sementara sektor jasa tetap tangguh.

Namun, penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) melalui Conference Board (CB) menunjukkan bahwa kondisi di pasar tenaga kerja bisa saja lebih buruk dari yang diproyeksikan.

Pada pekan lalu, The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75%-5,00%, dan pasar tampak yakin tentang pemangkasan suku bunga berturut-turut dengan jumlah yang sama.

Menurut perangkat CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga Fed sebesar 50 bps sudah mencapai 60%, sementara yang memprediksi pemangkasan 25 bps mencapai 40%.

Kini setelah The Fed mulai menurunkan suku bunga, ekonomi menjadi fokus yang lebih besar bagi para pasar.

Terkait data, pelaku pasar juga akan mencermati klaim pengangguran mingguan yang akan dirilis Kamis hari ini. Selain itu, pasar juga menanti rilis data final dari pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2024.


sumber : cnbcindonesia