Harga Emas Anjlok Lebih dari 1% karena Aksi Ambil Untung

Harga emas anjlok lebih dari 1% pada Jumat (14/2/2025). Hal itu akibat aksi profit taking. Namun, emas tetap berada di jalur kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut yang dipicu kekhawatiran perang dagang global setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendorong penerapan tarif balasan.

Dikutip dari CNBC internasional, harga emas spot ambles 1,6% dan ditutup di US$ 2.885,28 per ons, meskipun masih mencatat kenaikan mingguan sebesar 0,8%. Sebelumnya, harga emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level US$ 2.942,53 pada 11 Februari 2025 lalu.

“Ada faktor teknikal yang berperan, yaitu kegagalan menembus rekor tertinggi harga emas menciptakan potensi pola double top, sehingga memicu aksi profit taking menjelang akhir pekan,” kata Wakil Presiden dan Analis Senior Logam di Zaner Metals Peter Grant.

Chief Operating Officer Allegiance Gold Alex Ebkarian mengatakan, meskipun terjadi penurunan harga, tren bullish emas tetap kuat. Beberapa faktor pendorongnya meliputi kebijakan tarif, inflasi yang masih tinggi, serta melemahnya dolar AS.

“Selain itu, meningkatnya peralihan dari aset kertas ke emas fisik juga menjadi faktor utama yang menopang harga emas,” ungkap Ebkarian.

Pada Kamis (13/2/2025), Trump mengarahkan tim ekonominya untuk menyusun rencana penerapan tarif balasan terhadap negara-negara yang mengenakan pajak atas impor AS. Kebijakan ini berpotensi memicu inflasi lebih tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven.

Di sisi lain, data ekonomi AS menunjukkan penurunan penjualan ritel terbesar dalam hampir dua tahun pada Januari, mengindikasikan perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2025. Namun, pelaku pasar memperkirakan The Fed tidak akan memangkas suku bunga hingga September karena masih tingginya tekanan inflasi AS. Sementara itu, penurunan klaim pengangguran mengindikasikan ketahanan pasar tenaga kerja AS.

Di pasar logam mulia lainnya, harga perak spot turun 0,3% menjadi US$ 32,27 per ons, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak 31 Oktober 2024.

“Kami melihat peningkatan permintaan perak dari tahun ke tahun, sementara pasokan semakin menurun,” kata Ebkarian, sembari menambahkan, kenaikan harga emas juga mendorong minat investor ritel terhadap perak yang lebih terjangkau.

Sementara itu, harga platinum turun 1% menjadi US$ 985,04 per ons dan paladium melemah 1,1% ke US$ 982,9 per ons. Meskipun demikian, ketiga logam tersebut masih berada dalam tren kenaikan mingguan.


sumber : investor.id