Harga Emas Ambrol, Investor Berbondong-bondong Lepas Aset Safe Haven

Harga emas ambrol lebih dari 2% pada Jumat (4/4/2025). Hal itu seiring dengan aksi investor yang berbondong-bondong melepas aset safe haven untuk menutup kerugian dari kejatuhan pasar saham global.

Dikutip dari CNBC internasional, harga emas spot turun 2,9% dan ditutup di level US$ 3.036,26 per ons, dan sempat menyentuh titik terendah di sesi perdagangan pada level US$ 3.015,65. Penurunan ini menghapus seluruh keuntungan yang tercatat pada awal pekan.

Padahal, sehari sebelumnya, harga emas sempat mencetak rekor tertinggi baru di US$3.167,54. Sepanjang minggu ini, emas mencatatkan penurunan sebesar 1,9%.

Secara teknikal, harga emas spot masih mampu bertahan di atas rata-rata pergerakan 21 harinya, yakni US$ 3.023.

“Emas kerap digunakan sebagai aset likuid untuk memenuhi margin call di tempat lain, sehingga tidak mengherankan jika logam mulia ini ikut dijual saat terjadi guncangan risiko. Ini sesuai dengan tren historisnya,” jelas analis dari Standard Chartered Suki Cooper.

Aksi jual terjadi di pasar saham global selama dua hari berturut-turut. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite sama-sama anjlok sekitar 5%, setelah China mengumumkan tarif tambahan sebesar 34% untuk seluruh produk AS mulai 10 April. Kebijakan tersebut merupakan respons atas tarif balasan yang dikenakan Presiden AS Donald Trump sebelumnya.

Meski demikian, harga emas masih mencatat kenaikan sekitar 15,3% sepanjang tahun ini. Penguatan ini ditopang oleh pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia serta perannya sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

“Terlepas dari volatilitas saat ini, emas tetap menjadi tempat berlindung yang aman bagi banyak investor,” kata analis senior di City Index Matt Simpson.

Di sisi lain, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan, tarif baru yang dikenakan Trump ‘lebih besar dari perkiraan’. Ia juga memperingatkan bahwa dampaknya terhadap ekonomi, seperti lonjakan inflasi dan perlambatan pertumbuhan, kemungkinan juga akan lebih besar.

Indeks dolar AS naik 0,7% terhadap sejumlah mata uang utama. Kenaikan dolar membuat harga emas dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

Pelaku pasar juga mencermati data ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan.

Chief Operating Officer Allegiance Gold Alex Ebkarian menyebut, data tersebut akan memperkuat alasan The Fed untuk terus menunda pemangkasan suku bunga.

Sebagai catatan, harga emas cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah.

Sementara itu, harga perak ambles 7,3% menjadi US$29,54 per ons, mencatat pekan terburuk sejak September 2020. Platinum juga jeblok 3,6% ke US$918,35 dan paladium terpangkas 2% ke US$909,75, keduanya mencatat penurunan mingguan.


sumber : investor.id