Dolar Capai Level Puncak Enam Bulan, Yields di Tertinggi Sejak 2008 Setelah Isyarat Hawkish Fed

Dolar sentuh level tertinggi enam bulan terhadap sejumlah mata uang pada hari Kamis (21/09), sementara treasury yields AS mencapai puncak multi-tahun setelah Federal Reserve memperingatkan bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.


Indeks dolar dan indeks dolar berjangka menguat sekitar 0,5% di perdagangan Asia, mencapai level tertinggi awal Maret setelah Ketua Fed Jerome Powell isyaratkan setidaknya ada satu kali kenaikan suku bunga lagi tahun ini.


Powell mengatakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dengan margin yang lebih kecil pada tahun 2024 di tengah naiknya inflasi AS baru-baru ini saat the Fed mempertahankan tingkat suku bunga tetap pada hari Rabu.


Komentar Powell mengaburkan pasar yang berharap ada pelonggaran moneter lebih banyak tahun depan, memicu arus masuk ke dalam dolar dan keluar dari Treasury. Hal ini membuat benchmark 10 tahun naik ke level tertinggi dalam 15 tahun terakhir, sedangkan yields 2 tahun melonjak ke titik tertinggi awal tahun 2001.


Pandangan hawkish The Fed muncul ketika inflasi AS naik selama dua bulan terakhir, membalikkan tren penurunan yang terjadi di awal tahun ini. Angka-angka ini, ditambah dengan tanda-tanda pasar tenaga kerja yang kuat dan ketahanan ekonomi AS, memberikan bank sentral lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi.


Suku bunga AS saat ini diprediksi 5,1% tahun depan dan indikasi hanya dua kali penurunan suku bunga pada tahun 2024, dibanding dengan ekspektasi awal setidaknya empat kali penurunan. Skenario ini membuat suku bunga masih mendekati level tertinggi selama lebih dari 20 tahun.


The Fed masih memperkirakan ekonomi AS akan terhindar dari resesi tahun ini, berkat ketahanan relatif dalam belanja konsumen dan aktivitas tenaga kerja. Namun, kedua faktor tersebut juga menghadirkan lebih banyak risiko peningkatan inflasi.


Namun, beberapa analis tetap berharap bahwa the Fed akan memiliki ruang gerak yang terbatas untuk benar-benar memberlakukan lebih banyak kenaikan suku bunga.


“Kekhawatirannya adalah bahwa pelemahan ekonomi bisa berlangsung terlalu jauh (seperti yang disoroti oleh beberapa pejabat dalam notulen FOMC bulan Juli) dan meningkatkan kemungkinan resesi. Dengan adanya risiko ini dan tanda-tanda menggembirakan yang terlihat pada inflasi inti dan biaya tenaga kerja, kami pikir aliran data secara bertahap melemahkan potensi kenaikan suku bunga pada bulan November atau Desember,” tulis analis ING dalam sebuah catatan.


Terlepas dari pesan hawkish, Fed Funds future rates menunjukkan bahwa pasar hanya memperkirakan sekitar 30% kemungkinan kenaikan suku bunga di bulan November dan Desember. Namun ekspektasi suku bunga juga akan bergantung pada jalur inflasi, sebuah sikap yang ditegaskan kembali oleh the Fed.


sumber ; investing




Disclaimer:


Analysis ini hanya sebuah informasi dan tidak ada keharusan untuk diikuti. Segala tindakan / keputusan yang anda ambil merupakan tanggung jawab penuh atas diri anda sendiri.