Dampak Cuaca Dingin Pengaruhi Harga Minyak

Minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di sekitar $73,60 per barel pada jam-jam awal Eropa pada hari Senin, mendekati level tertinggi sejak Oktober 2024. Para investor memantau dengan seksama potensi dampak dari cuaca yang lebih dingin di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang diprakirakan akan meningkatkan permintaan minyak pemanas, memberi dukungan lebih lanjut untuk harga minyak mentah.

Selain itu, upaya stimulus ekonomi Beijing meningkatkan permintaan bahan bakar di importir minyak mentah terbesar di dunia. Dalam upaya untuk menghidupkan kembali ekonominya yang sedang kesulitan, Beijing meningkatkan stimulus fiskal, mengumumkan pada hari Jumat bahwa mereka akan secara signifikan meningkatkan pendanaan melalui obligasi pemerintah bertenor sangat panjang pada tahun 2025 untuk merangsang investasi bisnis dan inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan belanja konsumen.

Menurut Reuters, Bursa Efek Shanghai telah berkomitmen untuk memperdalam pembukaan pasar modal dalam sebuah pertemuan dengan institusi-institusi asing. Perekonomian Tiongkok ditopang oleh fundamental yang kuat dan menunjukkan ketahanan di tengah lingkungan global yang kompleks.

Pada hari Jumat, Financial Times melaporkan bahwa People’s Bank of Tiongkok (PBoC) mengantisipasi penurunan suku bunga pada waktu yang tepat di tahun ini. Mengingat hubungan dagang mereka yang erat, fluktuasi ekonomi Tiongkok sering kali memiliki dampak penting pada pasar Australia.

Goldman Sachs mengantisipasi bahwa produksi dan ekspor Iran akan menurun pada kuartal kedua karena pergeseran kebijakan yang diharapkan dan sanksi yang lebih ketat di bawah pemerintahan Presiden AS yang baru, Donald Trump. Produksi Iran dapat turun 300.000 barel per hari, turun menjadi 3,25 juta barel per hari pada kuartal kedua, menurut prakiraan mereka.


sumber : fxstreet