Minyak WTI Naik Tipis di Tengah Prakiraan Minyak Bullish oleh IEA
Harga West Texas Intermediate (WTI) meningkat selama tiga sesi berturut-turut karena prakiraan bullish dari International Energy Agency (IEA) mengenai permintaan minyak untuk tahun 2024 dan melemahnya Dolar AS (USD). Harga WTI diperdagangkan di sekitar $72,02 per barel selama sesi Asia pada hari Jumat.
Badan Energi Internasional (IEA) memprakirakan bahwa konsumsi minyak global akan meningkat sebesar 1,1 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024. Selain itu, Indeks Dolar AS (DXY) turun mendekati level terendah empat bulan karena prospek dovish Federal Reserve AS (The Fed) terhadap lintasan suku bunga, yang dapat membuat minyak lebih murah bagi para pembeli asing. Namun, menurut survei Reuters terhadap 30 ekonom dan analis, ekspektasi rata-rata untuk minyak mentah Brent pada tahun 2024 adalah $84,43 per barel.
Data Tiongkok yang membaik dapat mendukung kekuatan harga minyak mentah. Sebagai importir minyak terbesar, perkembangan positif dalam lanskap ekonomi Tiongkok biasanya menghasilkan peningkatan permintaan minyak mentah.
Biro Statistik Nasional Tiongkok baru-baru ini mengungkapkan bahwa Produksi Industri (YoY) mengalami peningkatan, naik menjadi 6,6% di bulan November dibandingkan dengan 4,6% sebelumnya, melampaui ekspektasi pasar sebesar 5,6%. Di sisi lain, Penjualan Ritel (YoY) Tiongkok mengalami pertumbuhan sebesar 10,1% dari sebelumnya 7,6%, namun berada di bawah konsensus pasar yang memprakirakan kenaikan sebesar 12,5%.
People’s Bank of China (PBoC) juga memilih untuk mempertahankan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) 1 tahun di level 2,5%. Bersamaan dengan keputusan ini, bank sentral membahas jatuh tempo pinjaman MLF senilai 650 miliar Yuan dengan menyuntikkan dana sebesar 1,45 triliun Yuan sebuah upaya untuk memperkuat likuiditas bank.
Majelis Nasional Venezuela telah menyetujui perpanjangan 15 tahun usaha patungan antara perusahaan minyak milik negara PDVSA dan Chevron Amerika Serikat, yang memungkinkan Venezuela untuk melanjutkan ekspor minyak mentah ke Amerika Serikat, pasar terbesarnya.
Selain itu, selama pertemuan dua minggu di Dubai, kepresidenan Uni Emirat Arab (UEA) dari COP28 melakukan pendekatan taktis, secara strategis merilis draf provokatif untuk mendorong para negosiator untuk mengekspos sejauh mana posisi mereka dan mencari titik temu. Pada akhir konferensi, para negosiator mencapai kesepakatan yang mendukung peralihan dari bahan bakar fosil. Pada momen bersejarah ini, negara-negara secara kolektif menyuarakan aspirasi mereka untuk mengakhiri era minyak.
sumber : fxstreet