Mata Uang Asia Menguat, Dolar di Low 6 Minggu saat Berkurangnya Kegelisahan Bunga Fed
Mayoritas mata uang Asia menguat pada hari Senin (06/11), dan dolar bergerak di dekat posisi terendah enam minggu usai data payrolls AS yang lebih lemah dan sinyal yang kurang hawkish dari Federal Reserve menambah spekulasi bahwa bank tersebut telah selesai menaikkan suku bunga.
Fokus saat ini beralih ke angka ekonomi utama yang akan berasal dari China, serta rapat Reserve Bank of Australia minggu ini untuk mendapat lebih banyak petunjuk mengenai ekonomi-ekonomi utama Asia.
Sentimen sebagian besar optimis setelah data hari Jumat menunjukkan nonfarm payrolls AS tumbuh kurang dari yang diperkirakan pada bulan Oktober. Angka tersebut isyaratkan lebih banyak pendinginan di pasar tenaga kerja AS, yang telah menjadi pendorong utama sikap hawkish the Fed tahun ini.
Hal ini mendorong traders untuk masuk ke pasar Asia yang lebih berisiko, dengan won Korea Selatan dan baht Thailand masing-masing naik 0,5% dan 0,2%.
Mata uang Asia Tenggara alami peningkatan terbesar hari ini, di mana ringgit Malaysia melonjak 1,2%.
Yen Jepang turun 0,2%, stabil di bawah level 150 terhadap dolar. Data hari Senin menunjukkan sektor jasa Jepang tumbuh lebih besar dari yang diharapkan pada bulan Oktober.
Namun prospek yen tetap lemah menyusul sinyal dovish dari Bank of Japan.
Gubernur Kazuo Ueda melanjutkan gagasan ini pada hari Senin, menyatakan bahwa meskipun ada kemajuan untuk mencapai target inflasi 2% bank, hal ini masih belum cukup untuk membenarkan peralihan dari kebijakan ultra-longgar BOJ.
BOJ yang dovish telah menjadi sumber utama tekanan terhadap yen tahun ini, yang diperdagangkan mendekati level yang terakhir kali terlihat pada tahun 1990, saat dimulainya dekade yang hilang di Jepang.
Dolar di level terendah enam minggu dalam spekulasi jeda Fed
Indeks dolar dan indeks dolar berjangka keduanya naik sedikit di perdagangan Asia setelah merosot ke level terendah sejak akhir September pada hari Jumat.
Treasury yields AS juga turun, tatkala traders memperkirakan kemungkinan 95,2% bahwa Fed tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Ada juga peluang lebih dari 80% bahwa Fed akan mulai memangkas suku bunga pada Juni 2024.
Namun, kendati prospek tidak adanya kenaikan suku bunga menjadi pertanda baik untuk pasar Asia, bank sentral masih diperkirakan akan menjaga suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, sehingga mengurangi peluang kenaikan jangka pendek dalam mata uang Asia.
Yuan China naik dengan data perdagangan dan inflasi akan rilis
Yuan China naik 0,2% pada hari Senin, diuntungkan oleh lemahnya dolar dan penetapan kurs tengah harian yang lebih kuat oleh People’s Bank of China.
Fokus saat ini tertuju data perdagangan dan inflasi yang akan terbit minggu ini, yang diharapkan dapat menjelaskan lebih banyak mengenai pemulihan ekonomi yang lamban di negara ini.
Data ini juga terbit hanya seminggu setelah sejumlah data resmi dan data swasta menunjukkan penurunan lebih lanjut dalam aktivitas bisnis China – sebuah tren yang semakin merusak sentimen investor terhadap pasar China.
Kenaikan RBA jadi fokus, Aussie di level tertinggi 2 bulan
Dolar Australia naik tipis pada hari Senin, namun diperdagangkan mendekati level tertinggi dua bulan saat pasar memperkirakan kenaikan 25 basis poin suku bunga oleh RBA pada hari Selasa.
Langkah ini secara luas diharapkan oleh pasar menyusul peningkatan baru-baru ini dalam inflasi konsumen Australia. Data lain juga menunjukkan retail sales secara tak terduga tumbuh pada kuartal ketiga, mendukung ekspektasi inflasi yang tetap tinggi.
Meskipun RBA telah mempertahankan suku bunga sejak bulan Mei, RBA masih membiarkan peluang untuk kenaikan suku bunga, terutama jika inflasi tetap tinggi. Bank ini telah menaikkan suku bunga secara kumulatif sebesar 400 bps sejak awal tahun 2022.