Harga Emas Turun bawah $2.000, Kegelisahan Fed dan Timur Tengah Mereda
Harga emas turun di bawah level kunci pada hari Selasa (31/10) kala meredanya kekhawatiran atas perang Israel-Hamas mengurangi permintaan safe haven, sedangkan antisipasi rapat Federal Reserve membuat traders tetap berpihak pada dolar.
Kendati perang Israel-Hamas masih belum menunjukkan tanda-tanda deeskalasi, traders mulai memperhitungkan premi risiko yang lebih rendah dari konflik tersebut, mengingat tidak ada negara Arab lain yang tampaknya bergabung sejauh ini. Hal ini membuat emas melepaskan beberapa keuntungan yang diperoleh di awal bulan Oktober, saat dimulainya perang.
Penguatan dolar, sebelum rapat Fed, juga menahan logam mulia, lantaran traders beralih ke greenback untuk memposisikan diri atas kejutan langkah hawkish dari rapat tersebut.
Emas spot turun 0,2% ke $1.992,88/oz, dan emas berjangka yang akan berakhir Desember turun 0,2% menjadi $2.002/oz pukul 12.00 WIB.
Rapat Fed menjadi fokus utama, emas siap menguat di bulan Oktober
Logam mulia diperdagangkan turun minggu ini karena fokus pasar sebagian besar beralih ke keputusan suku bunga Fed Rabu ini.
Sementara bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah, bank sentral juga diharap akan menegaskan kembali sikap suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, mengingat tanda-tanda terbaru dari inflasi dan ketahanan ekonomi AS.
Skenario itu diperkirakan akan membatasi peningkatan besar untuk emas, pasalnya suku bunga yang lebih tinggi mendorong biaya peluang untuk membeli emas. Tren ini sangat menekan emas selama setahun terakhir, dan membuat apa pun percobaan ke level $2.000/oz sebagian terbatas.
Namun, permintaan safe haven yang didukung oleh perang Israel-Hamas membuat harga emas diperdagangkan naik antara 6% dan 8% untuk bulan Oktober – peningkatan bulanan terbaik sejak Maret. Logam mulia juga naik hampir 10% sejauh ini pada tahun 2023.
Harga tembaga turun, PMI China mengecewakan
Di antara logam industri, harga tembaga turun pada hari Selasa setelah data ekonomi yang mengecewakan dari negara importir utama China.
Tembaga turun 0,5% menjadi $3,6377 per pon.
Data purchasing managers index menunjukkan aktivitas manufaktur China secara tak terduga berkontraksi pada bulan Oktober, sementara sektor non manufaktur tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan.
Angka-angka tersebut menyoroti bahwa upaya stimulus dari Beijing hanya memberikan dukungan terbatas pada ekonomi China, dan faktor-faktor lain – terutama krisis real estat dan perdagangan yang lemah – juga menghambat pertumbuhan.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa kuat permintaan tembaga akan tetap ada dalam beberapa bulan mendatang.