Harga Emas Melorot, Perak Justru Cetak Rekor Baru
Harga emas global melorot pada perdagangan Jumat (5/12/2025), setelah sempat melonjak hingga 1% pada awal perdagangan. Pelemahan itu terjadi karena aksi profit taking setelah meningkatnya keyakinan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pekan depan.
Dikutip dari CNBC internasional, sentimen dovish tersebut mendorong pelemahan dolar AS dan menjadi katalis positif bagi logam mulia. Di saat yang sama, harga perak justru melonjak dan menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).
Harga spot emas turun 0,25% dan ditutup di level US$ 4.201,93 per ons, setelah sempat melonjak hingga 1% di awal perdagangan. Secara mingguan, harga emas mencatatkan penurunan sebesar 0,77%.
“Pasar semakin yakin bahwa bank sentral akan menurunkan suku bunga. Pelemahan dolar AS sebagai respons dari ekspektasi tersebut menjadi pendukung bagi harga emas,” ujar Global Head of Commodity Strategy TD Securities Bart Melek.
Data ekonomi AS menunjukkan Indeks Harga PCE Inti meningkat 0,2% pada September, dengan inflasi tahunan melambat menjadi 2,8% dari 2,9% di bulan sebelumnya. Angka tersebut dirilis setelah data ketenaga kerjaan sektor swasta mencatat penurunan paling tajam dalam lebih dari dua setengah tahun.
Komentar bernada dovish dari sejumlah pejabat The Fed makin memperkuat spekulasi pelonggaran kebijakan moneter. Alat pemantau CME FedWatch menunjukkan probabilitas 87,2% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 9–10 Desember.
COO Allegiance Gold Alex Ebkarian memprediksi, harga emas akan bergerak di rentang US$ 4.200–4.500 tahun ini, dan berpotensi naik ke US$ 4.500–5.000 tahun depan, bergantung pada arah kebijakan The Fed. Namun, permintaan emas fisik di India dan China dilaporkan melemah seiring pembeli menunggu koreksi harga.
Sementara itu, harga perak melesat 2,14% dan ditutup di US$ 58,35 per ons, naik 4% secara mingguan, setelah sempat menyentuh rekor US$ 59,3.
“Pergerakan perak mengikuti arah emas, dan banyak investor menilai bahwa perak masih relatif murah,” kata Melek, mengutip defisit struktural dan meningkatnya permintaan untuk elektrifikasi sebagai faktor pendorong.
Sepanjang tahun ini, perak telah reli 98% akibat keterbatasan pasokan serta statusnya yang masuk dalam daftar mineral kritis AS.
sumber : investor.id
