Harga Emas Tergelincir karena Aksi Profit Taking Investor
Harga emas tergelincir pada perdagangan Kamis (4/12/2025). Pelemahan ini karena investor mulai melakukan aksi profit taking dan mengambil posisi lebih hati-hati menjelang pertemuan The Fed pekan depan.
Dikutip dari Reuters, pelaku pasar juga menanti rilis data inflasi PCE Amerika Serikat (AS) yang dianggap sebagai acuan utama The Fed dalam menentukan arah suku bunga.
Harga emas hari ini terlihat turun 0,19% menjadi US$ 4.189,23 per ons saat berita ditulis Pukul 13.55 WIB.
Analis komoditas ANZ Soni Kumari, mengatakan investor saat ini bersikap ekstra waspada jelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Namun, menurutnya, harga emas membutuhkan pemicu baru untuk kembali bergerak naik.
Kumari menambahkan, aksi profit taking masih berlangsung, dan setiap koreksi menuju level US$ 4.000 berpotensi menarik minat beli baru, mengingat fundamental emas tetap kuat.
Di sisi lain, laporan ADP menunjukkan payroll sektor swasta AS turun 32.000 pada November, penurunan terdalam dalam lebih dari dua setengah tahun. Meski begitu, rendahnya angka PHK menandakan pelemahan ini belum tentu mencerminkan kondisi riil pasar tenaga kerja.
Berdasarkan CME FedWatch, pasar kini menilai peluang pemangkasan suku bunga pada pekan depan mencapai 89%. Sejumlah perusahaan sekuritas besar juga memproyeksikan kebijakan pelonggaran akan dimulai pada pertemuan 9–10 Desember. Suku bunga yang lebih rendah biasanya menjadi angin segar bagi emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Fokus berikutnya tertuju pada rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE) bulan September AS yang sempat tertunda dan akan diumumkan pada Jumat. Indikator ini merupakan ukuran inflasi favorit The Fed.
Untuk logam mulia lainnya, harga perak turun 0,79% ke US$ 57,37 setelah sempat menyentuh rekor tertinggi US$ 58,95 pada Rabu (3/12/2025). Sepanjang tahun ini, perak sudah melesat 101% dipicu kekhawatiran likuiditas pasar akibat arus keluar ke saham AS, masuknya perak dalam daftar mineral kritis AS, serta defisit pasokan yang bersifat struktural.
Direktur Kedia Commodities Ajay Kedia mengungkapkan, sejak pertengahan November, stok perak di Shanghai merosot dari kisaran 531 ton menjadi sekitar 700 ton, level terendah sejak 2015, seiring meningkatnya ekspor dari China.
sumber : investor.id
