Harga Emas Jatuh, Setelah Investor Aksi Ambil Untung

Harga emas jatuh pada Selasa (2/12/2025), setelah investor mengambil keuntungan pasca kenaikan enam minggu terakhir. Penurunan ini terjadi di tengah perhatian pasar yang tertuju pada data ekonomi penting AS menjelang pertemuan kebijakan The Fed pekan depan.

Harga emas jatuh 0,55% dan ditutup di US$ 4.205,6 per ons, setelah sempat jatuh lebih dari 1% pada awal sesi perdagangan.

Dikutip dari Reuters, Wakil Presiden sekaligus Senior Metals Strategist di Zaner Metals Peter Grant mengatakan, penurunan ini kemungkinan hanya aksi ambil untung. Fokus pasar belakangan ini tetap pada ekspektasi pemangkasan suku bunga, dan hal itu masih relatif stabil.

“Kami berada dalam pola lanjutan yang pada akhirnya akan mengarah pada kenaikan, dan saya masih optimistis emas bisa menembus US$ 5.000 di awal tahun depan,” ungkapnya.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin semakin kuat didorong data yang menunjukkan perlambatan ekonomi AS, serta sinyal dovish dari para pembuat kebijakan The Fed. Saat ini, pasar memprediksi peluang 89% The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan mendatang.

Investor juga menunggu laporan ketenagakerjaan ADP November yang dirilis Rabu (3/12/2025) dan Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) September yang tertunda, akan diumumkan Jumat (5/12/2025). PCE menjadi tolok ukur inflasi favorit The Fed. Biasanya, suku bunga rendah memberikan keuntungan bagi emas karena tidak menghasilkan bunga.

Sementara itu, permintaan global untuk emas tetap tinggi. Menurut World Gold Council, bank sentral dunia membeli 53 ton emas pada Oktober, naik 36% dibanding bulan sebelumnya, menjadi permintaan bersih bulanan terbesar sejak awal 2025.

Sementara itu, harga perak naik 0,98% dan ditutup di US$ 58,41 per ons, setelah sempat mencatat rekor tertinggi US$ 58,81 pada Senin (1/12/2025). Perak tercatat meningkat lebih dari 100% sepanjang tahun ini.

Commerzbank menilai, meski tidak ada faktor baru, kenaikan harga masih didukung pasokan yang ketat, tercermin dari rendahnya inventaris di bursa Shanghai. Bank ini memperkirakan perak dapat naik moderat ke US$ 59 per ons dalam setahun ke depan.


sumber : investor.id